Jakarta – Ramainya isu praktik mafia yang memperjualbelikan slot jam penerbangan strategis di industri penerbangan nasional, mendapat tanggapan dari PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Direktur Niaga Garuda Indonesia, Reza Aulia Hakim, berpendapat bahwa persepsi ini muncul akibat ekspektasi tinggi terhadap Garuda.
Reza menjelaskan, pengurangan frekuensi penerbangan Garuda ke rute-rute tertentu menyebabkan anggapan bahwa Garuda absen di jam-jam yang paling diminati.
"Mungkin karena jumlah pesawat berkurang, frekuensi penerbangan ke suatu destinasi jadi tidak sebanyak dulu. Ini yang mungkin memunculkan persepsi masyarakat, kenapa Garuda tidak ada di jam sibuk," tuturnya di Kompleks DPR RI, Jakarta Pusat.
Reza menambahkan, pihaknya terus melakukan evaluasi terhadap jadwal penerbangan yang ada, dengan tujuan mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat.
Ketika ditanya langsung mengenai keberadaan mafia, Reza tidak memberikan jawaban yang tegas. Ia hanya menekankan bahwa pengajuan slot rute penerbangan Garuda Indonesia selalu mendapat dukungan positif dari Kementerian Perhubungan dan otoritas terkait.
"Proses pengajuan slot atau rute yang kami lakukan saat ini sangat didukung dan prosedur kami jalankan sesuai ketentuan yang berlaku di Kemenhub," ujarnya.
Sebelumnya, Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Mufti Anam, mengungkapkan kecurigaannya terkait hilangnya layanan Garuda Indonesia dan Citilink pada jam-jam penerbangan tertentu. Ia menyoroti dominasi maskapai swasta pada jam-jam favorit tersebut.
"Saya sedikit curiga, kenapa saat saya terbang di jam-jam favorit, Garuda dan Citilink tidak ada, melainkan maskapai swasta. Saya sempat mendengar dari teman di Komisi V bahwa jam penerbangan itu diperjualbelikan, apakah benar?" tanya Mufti.
Bahkan, beredar kabar tentang transaksi jual beli jam penerbangan dengan nilai fantastis, mencapai miliaran rupiah. Mufti mendesak manajemen Garuda Indonesia untuk memberikan klarifikasi agar dapat ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.
"Kami minta dijawab, apakah benar ada mafia soal jam terbang, dan harganya mencapai miliaran rupiah. Jika ada, kami meminta penegak hukum mengusut tuntas masalah ini," pungkasnya.