Kebijakan Visa H-1B Trump Picu Kepanikan Pekerja Asing di AS

Jakarta – Kebijakan terbaru dari pemerintahan Trump terkait kenaikan biaya tahunan visa H-1B sebesar US$ 100.000 atau setara Rp 1,6 miliar telah memicu reaksi beragam dari perusahaan-perusahaan raksasa Amerika Serikat. Microsoft, Amazon, Alphabet, hingga Goldman Sachs mulai menghimbau karyawan asing mereka untuk segera kembali ke AS sebelum aturan tersebut diberlakukan.

Perusahaan-perusahaan teknologi dan keuangan, yang sangat bergantung pada tenaga kerja imigran terampil, terutama dari India dan China, mengirimkan pengumuman agar para pemegang visa H-1B tidak meninggalkan AS untuk sementara waktu.

Langkah ini berpotensi memberikan dampak signifikan bagi perusahaan-perusahaan tersebut. Amazon, contohnya, memiliki sekitar 14.000 pekerja dengan visa H-1B hingga akhir Juni. Sementara Meta, Apple, dan Alphabet masing-masing mempekerjakan lebih dari 4.000 orang dengan visa serupa.

Kebijakan ini menyebabkan kepanikan dan kebingungan di kalangan pekerja asing pemegang visa H-1B yang berencana pulang ke negara asal mereka. Sebagian besar pekerja ini berasal dari India dan China. Beberapa pekerja asal India bahkan memperpendek masa liburan mereka dan bergegas kembali ke AS karena khawatir tidak diizinkan masuk kembali.

"Ini adalah situasi di mana kami harus memilih antara keluarga dan tinggal di sini," ungkap seorang insinyur di sebuah perusahaan teknologi besar.

Kondisi ini juga menjadi perbincangan hangat di media sosial China, Rednote. Para pekerja dengan visa H-1B terpaksa segera kembali ke AS, bahkan ketika baru saja tiba di China. Beberapa pekerja menggambarkan kepanikan ini mirip dengan situasi awal pandemi Covid-19, ketika mereka bergegas kembali ke AS sebelum larangan perjalanan diberlakukan.

Namun, seorang pejabat Gedung Putih mengklarifikasi bahwa aturan tersebut hanya berlaku untuk pemohon baru dan tidak mempengaruhi pemegang visa yang sudah ada atau mereka yang ingin memperbarui visa.

Sejak kembali menjabat pada Januari, Trump berkomitmen untuk memperketat aturan imigrasi, termasuk langkah-langkah untuk membatasi beberapa jenis imigrasi legal. Perubahan pada program visa H-1B ini merupakan salah satu upaya utama dari pemerintahannya.

Pemerintahan Trump berpendapat bahwa visa H-1B memungkinkan perusahaan untuk menekan upah dan membuka lebih banyak lapangan kerja bagi pekerja teknologi AS. Di sisi lain, program ini dinilai penting untuk mendatangkan pekerja berketerampilan tinggi yang diperlukan untuk mengisi kesenjangan talenta dan menjaga daya saing perusahaan.

Scroll to Top