Sarapan Terlambat pada Lansia: Indikasi Depresi dan Masalah Kesehatan Lainnya?

Sarapan adalah fondasi penting untuk memulai hari. Namun, bagi para lansia, waktu sarapan seringkali bergeser menjadi lebih siang. Sebuah studi terbaru mengungkapkan adanya kaitan antara kebiasaan sarapan terlambat ini dengan berbagai masalah kesehatan, mulai dari depresi, penuaan biologis yang lebih cepat, hingga gangguan kesehatan mulut.

Penelitian yang melibatkan ribuan orang dewasa berusia paruh baya hingga lansia di Inggris selama lebih dari 20 tahun, menemukan bahwa seiring bertambahnya usia, waktu sarapan dan makan malam cenderung mundur, dan rentang waktu makan harian menjadi semakin pendek.

Hasilnya menunjukkan, keterlambatan sarapan secara konsisten dikaitkan dengan depresi, rasa lelah berlebihan, masalah kesehatan mulut, dan kualitas tidur yang buruk. Kesulitan dalam menyiapkan makanan juga turut berperan dalam keterlambatan waktu makan ini.

Sarapan yang lebih siang juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian. Hal ini diduga karena kebiasaan ini dapat menjadi indikasi adanya penurunan kondisi kesehatan pada lansia. Perubahan waktu makan ini dapat menjadi sinyal penting bagi pasien, dokter, dan keluarga untuk mengenali potensi masalah kesehatan sejak dini.

Meskipun penelitian ini tidak membuktikan hubungan sebab-akibat secara langsung, temuan ini menyoroti pentingnya memperhatikan waktu makan dan komposisi makanan bagi kesehatan lansia.

Para ahli merekomendasikan untuk sarapan dalam waktu 1-2 jam setelah bangun tidur, idealnya sekitar pukul 7-8 pagi, dengan mengutamakan asupan protein sebanyak 25-30 gram. Kombinasi waktu makan yang tepat dan nutrisi yang adekuat adalah kunci untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan, terutama bagi para lansia.

Scroll to Top