Kebijakan tarif baru yang diterapkan Amerika Serikat terhadap Indonesia, mencapai 32%, menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tarif impor tertinggi kedelapan dari AS. Dampaknya, industri ekspor Indonesia terancam kehilangan daya saing di pasar Amerika.
Situasi ini memicu diskusi mendalam tentang respons strategis Indonesia. Program "Rakyat Bersuara" di iNews malam ini akan mengupas tuntas persoalan ini bersama Aiman Witjaksono, Refly Harun, Ray Rangkuti, dan sejumlah narasumber kompeten.
Tarif baru ini, yang disebut sebagai kebijakan resiprokal, muncul sebagai balasan atas tarif yang sebelumnya diterapkan Indonesia terhadap produk AS. Walaupun terlihat seimbang, kenyataannya kebijakan ini berpotensi menciptakan efek domino negatif pada perekonomian Indonesia, terutama pada sektor perdagangan dan konsumsi.
Kenaikan harga produk Indonesia di pasar AS akan menekan eksportir dalam negeri. Sementara itu, di dalam negeri, produk AS yang dikenai tarif juga mengalami penyesuaian harga, sehingga konsumen ikut merasakan dampaknya. Pengusaha dan konsumen Indonesia berada dalam posisi sulit, dihantam dari luar dan dalam.
Pertanyaan kunci yang akan dijawab dalam diskusi "Rakyat Bersuara" adalah: Dalam kondisi tertekan seperti ini, langkah apa yang harus diambil Indonesia?
Saksikan "Rakyat Bersuara: Dihantam Luar-Dalam, Indonesia Harus Apa?" malam ini pukul 19.00 WIB, live di iNews, bersama para narasumber Amir Hamzah (Pengamat Intelijen & Geopolitik), Mardiansyah Semar (Ketua Rampai Nusantara), Andi Azwan (Waketum Prabowo Mania), Refly Harun (Pakar Hukum Tata Negara), Ferdinand Hutahaean (Politisi PDI Perjuangan), dan Ray Rangkuti (Pengamat Politik).