Beijing – Gelombang panas ekstrem yang melanda China diperparah dengan ancaman Topan Super Ragasa. Pemerintah China mengambil langkah sigap dengan memerintahkan penutupan sekolah dan pusat bisnis di sedikitnya sepuluh kota. Tindakan preventif ini diprediksi memengaruhi kehidupan puluhan juta penduduk di wilayah selatan negara tersebut.
Perintah penutupan ini diumumkan secara resmi, Selasa (23/9). Dampaknya meluas, tidak hanya meliburkan aktivitas belajar-mengajar, tetapi juga menghentikan operasional banyak pabrik di pusat-pusat industri China.
Shenzhen, pusat teknologi terkemuka, telah mengevakuasi sekitar 400.000 warganya. Peringatan keras dikeluarkan oleh otoritas setempat terkait potensi "angin dahsyat, curah hujan tinggi, gelombang besar, dan banjir" akibat Ragasa.
"Kecuali petugas penyelamat darurat dan mereka yang memastikan kelangsungan hidup masyarakat, kami menghimbau agar warga tidak keluar rumah," demikian pernyataan resmi pemerintah kota Shenzhen, yang juga mengumumkan penutupan tempat kerja dan pasar.
Langkah serupa diambil di kota-kota lain di Provinsi Guangdong, termasuk Chaozhou, Zhuhai, Dongguan, dan Foshan.
"Angin kencang dan hujan deras yang dibawa topan ini akan berdampak signifikan pada kota kita, memicu situasi darurat yang kritis," kata perwakilan pusat tanggap darurat kota Foshan.
Sebelumnya, Topan Super Ragasa telah meluluhlantakkan sebagian Filipina, menyebabkan setidaknya satu korban jiwa dan memaksa evakuasi lebih dari 10.000 orang.
Menurut data layanan cuaca Hong Kong, Ragasa menghasilkan angin dengan kecepatan puncak mencapai 230 kilometer per jam di pusatnya saat melintasi Laut China Selatan.
Para ilmuwan memperingatkan bahwa intensitas badai dan topan semakin meningkat seiring dengan pemanasan global yang disebabkan oleh aktivitas manusia.