New York – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dengan tegas mengecam operasi militer Israel di Jalur Gaza, menyatakan bahwa hati nurani manusia tidak dapat mentolerir atau berdiam diri menyaksikan tindakan genosida yang dituduhkan kepada Israel terhadap warga Palestina. Kecaman ini disampaikan Erdogan saat berpidato di konferensi internasional tentang Palestina, yang diadakan di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York.
Erdogan menyoroti dampak global dari isu Palestina, menekankan bahwa perjuangan tersebut telah menjadi perhatian seluruh dunia. Ia juga memberikan apresiasi atas keputusan beberapa negara, termasuk anggota Dewan Keamanan PBB, yang baru-baru ini secara resmi mengakui negara Palestina.
Pujian untuk Pengakuan Negara Palestina
Presiden Turki tersebut memuji negara-negara yang telah mengambil langkah signifikan dengan mengakui secara resmi negara Palestina. Tindakan ini, menurut Erdogan, merupakan tonggak penting dalam mewujudkan solusi dua negara dan dianggap sebagai keputusan bersejarah.
Erdogan berharap bahwa langkah ini dan inisiatif serupa akan mempercepat proses menuju solusi dua negara yang komprehensif. Ia secara terbuka mengucapkan selamat kepada negara-negara yang telah membuat keputusan tersebut.
Kritik terhadap Pemerintahan Netanyahu
Dalam pidatonya, Erdogan menuduh pemerintahan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berusaha menghalangi pembentukan negara Palestina. Menurutnya, tujuan pemerintahan Netanyahu adalah untuk mencegah pendirian negara Palestina dan secara paksa mengusir sebanyak mungkin warga Palestina dari tanah mereka.
Erdogan bahkan mengungkit sejarah Israel sebagai korban Holocaust, tetapi kini, menurutnya, melakukan tindakan genosida terhadap negara tetangganya sendiri. Ia menyatakan bahwa pemerintahan Netanyahu, yang berasal dari masyarakat yang pernah menjadi korban Holocaust, kini melakukan genosida terhadap negara-negara tetangga yang telah berbagi tanah dan air selama ribuan tahun.
Pidato Erdogan sempat mengalami gangguan teknis ketika mikrofon tiba-tiba mati. Namun, insiden ini diklarifikasi sebagai akibat dari durasi pidato yang melebihi batas waktu yang diizinkan karena adanya tepuk tangan dari hadirin.