Ratusan petani dari berbagai daerah membanjiri Jakarta pada peringatan Hari Tani Nasional, 24 September 2025. Dua kelompok besar, Serikat Tani Indramayu dan Serikat Petani Indonesia (SPI), menggelar aksi terpisah di depan Kementerian Pertanian dan Jalan Medan Merdeka Selatan. Aksi ini menjadi momentum bagi petani untuk menyuarakan aspirasi dan tuntutan mereka kepada pemerintah.
Serikat Tani Indramayu, yang berkumpul di depan Kementerian Pertanian, menyoroti masalah klasik yang dihadapi petani: irigasi yang buruk dan kurangnya modernisasi pertanian. Mereka menilai kebijakan pemerintah lebih condong pada pembangunan industri besar dan ekspansi perkotaan, sehingga sektor pertanian semakin terpinggirkan. Para petani juga mengeluhkan kurangnya minat generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian, karena profesi ini dianggap berisiko dan berpenghasilan rendah.
Sementara itu, SPI melakukan aksi demonstrasi di Jalan Medan Merdeka Selatan, lengkap dengan atribut khas petani seperti caping dan hasil panen. Aksi ini menyebabkan penutupan total ruas jalan tersebut. Petani yang datang dari berbagai daerah seperti Jawa Barat, Lampung, dan Riau membawa enam tuntutan utama.
Tuntutan tersebut meliputi penyelesaian konflik agraria secara menyeluruh, penghentian kekerasan dan kriminalisasi terhadap petani, serta pembentukan Dewan Nasional Reforma Agraria dan Dewan Nasional Kesejahteraan Petani. Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) menambahkan bahwa aksi ini juga menuntut penyelesaian 24 masalah struktural agraria serta sembilan langkah perbaikan yang mendesak.
Peringatan Hari Tani Nasional ini bukan hanya sekadar seremonial. Aksi-aksi petani ini menjadi pengingat pentingnya peran strategis mereka dalam menjaga ketahanan pangan dan kedaulatan negara. Tuntutan-tuntutan yang disuarakan menyoroti berbagai permasalahan yang dihadapi petani, dan menuntut perhatian serius dari pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan petani dan keberlanjutan sektor pertanian.