Trump Ubah Haluan, Yakin Ukraina Bisa Rebut Kembali Wilayah dari Rusia

Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara mengejutkan menyatakan optimismenya bahwa Ukraina memiliki kemampuan untuk mengambil alih seluruh wilayah yang saat ini dikuasai oleh Rusia. Pernyataan ini menandai perubahan signifikan dari retorika sebelumnya, di mana Trump kerap mengisyaratkan perlunya kompromi dengan Moskow.

Keyakinan ini diungkapkan Trump melalui platform media sosialnya, Truth Social, pada Selasa, 23 September 2025, tak lama usai pertemuannya dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, di sela-sela Sidang Umum PBB di New York.

"Putin dan Rusia sedang menghadapi kesulitan ekonomi yang BESAR, dan inilah saat yang tepat bagi Ukraina untuk bertindak," tulis Trump.

Ia menambahkan, "Setelah mengamati dampak ekonomi (akibat perang) yang dialami Rusia, saya percaya Ukraina, dengan dukungan Uni Eropa, berada dalam posisi untuk berjuang dan MENANG, merebut kembali seluruh wilayahnya seperti semula."

Pernyataan ini mengindikasikan bahwa Trump meyakini Kyiv mampu mengusir pasukan Rusia dari sekitar 20% wilayahnya, termasuk Semenanjung Krimea yang telah diduduki sejak 2014. Jika hal ini benar terjadi, ini akan menjadi perubahan dramatis dalam konflik yang telah berlangsung hampir satu dekade.

Meskipun retorikanya berubah, belum ada indikasi bahwa Amerika Serikat akan menindaklanjuti dengan kebijakan yang lebih konkret. Zelensky selama kunjungannya ke New York secara terbuka meminta Washington untuk memberlakukan sanksi yang lebih berat terhadap Rusia, namun permintaan ini belum mendapatkan tanggapan.

Sebelumnya, Trump bahkan pernah mengusulkan agar Kyiv mempertimbangkan untuk menyerahkan sebagian wilayahnya demi mencapai perdamaian. Hal ini memicu kekhawatiran di kalangan pejabat Ukraina bahwa Washington mungkin sedang menjajaki kesepakatan di balik layar untuk mengakui wilayah yang diduduki Rusia sebagai bagian sah dari Moskow.

Di Eropa, pernyataan Trump disambut dengan nada positif. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, menilai perubahan sikap Trump ini memberikan sinyal yang penting.

"Pernyataan ini sangat kuat dan belum pernah kita dengar sebelumnya dalam format seperti ini, jadi sangat baik bahwa kini kita memiliki pemahaman yang sama," kata Kallas.

Sementara itu, Kremlin pada Rabu, 24 September 2025, memberikan reaksi keras terhadap klaim Trump yang menyebut Rusia sebagai "macan kertas," sebuah istilah yang menggambarkan sesuatu yang tampak kuat dari luar namun sebenarnya lemah.

"Rusia tetap menjaga stabilitas makroekonominya," ujar juru bicara Dmitry Peskov dalam wawancara dengan sebuah stasiun radio.

"Ya, Rusia mengalami tekanan dan masalah di berbagai sektor ekonomi. Tetapi menyebut Rusia ‘macan kertas’ jelas tidak benar."

Peskov menegaskan bahwa meskipun menghadapi tekanan akibat perang dan sanksi internasional, Moskow tetap memiliki fondasi ekonomi yang kuat.

Scroll to Top