Bank BUMN Kompak Naikkan Bunga Deposito Dolar AS: Strategi Tarik Modal atau Picu Rupiah Melemah?

Bank-bank milik negara (Himbara) serempak menaikkan suku bunga deposito valuta asing (valas) dolar Amerika Serikat (USD) hingga mencapai 4%, efektif mulai 5 November 2025. Langkah ini merupakan upaya untuk menarik minat investor ritel dan institusi, baik dari dalam maupun luar negeri, serta memperluas basis pendanaan dalam mata uang asing.

Deposito valas menawarkan keuntungan bagi nasabah yang memiliki kebutuhan atau penghasilan dalam mata uang asing. Selain mengurangi risiko kerugian akibat melemahnya Rupiah, dana dalam valas juga dapat langsung digunakan untuk transaksi internasional tanpa perlu konversi. Keamanan deposito valas pun terjamin karena dilindungi oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan menawarkan suku bunga tetap.

Direktur Utama bank-bank BUMN menyatakan kenaikan suku bunga ini sebagai respons terhadap dinamika pasar global dan strategi untuk memberikan nilai tambah bagi nasabah. Diharapkan, dana valas yang selama ini ditempatkan di luar negeri dapat kembali ke Indonesia. Langkah ini juga selaras dengan arahan pemerintah untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan memperkuat daya saing industri perbankan nasional.

Namun, kebijakan ini juga menuai sorotan. Muhammad Chatib Basri, mantan Menteri Keuangan, mengomentari potensi dampaknya. Kenaikan suku bunga deposito USD dapat memicu peralihan aset dari Rupiah ke USD, yang akan meningkatkan permintaan terhadap dolar dan menekan likuiditas Rupiah di pasar domestik.

Dampak Potensial:

  • Likuiditas Rupiah: Transfer dana ke deposito USD dapat mengurangi ketersediaan Rupiah, berpotensi meningkatkan suku bunga pasar Rupiah.
  • Nilai Tukar: Peningkatan permintaan dolar dapat menyebabkan Rupiah melemah terhadap dolar, terutama jika selisih bunga antara USD dan Rupiah menyempit. Intervensi Bank Indonesia atau kenaikan suku bunga Rupiah dapat meredam dampak ini.
  • Perbankan: Bank dapat memperoleh tambahan dana USD, tetapi kehilangan dana Rupiah akibat peralihan nasabah. Hal ini dapat menimbulkan mismatch jika permintaan kredit dalam USD rendah. Risiko mismatch antara kewajiban dalam USD dan aset dalam Rupiah juga dapat meningkat, memicu persaingan untuk mempertahankan dana Rupiah.

Kenaikan suku bunga deposito valas ini adalah langkah strategis yang perlu dicermati dampaknya. Bank dan pemerintah perlu mengantisipasi dan memitigasi potensi risiko yang mungkin timbul demi menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan nasional.

Scroll to Top