Sebuah film pendek berjudul "Catatan Di Balik Toga Merah" hadir sebagai pengingat keras tentang bahaya korupsi, khususnya di kalangan penegak hukum. Diproduksi oleh Badan Strategi Kebijakan dan Pendidikan dan Pelatihan Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung RI (BSDK MARI), film ini mengangkat kisah seorang hakim bernama Darma yang terjerumus dalam praktik korupsi.
Darma, yang awalnya dikenal sebagai pribadi sederhana dan menjunjung tinggi keadilan, tergoda oleh gaya hidup mewah setelah menjalin hubungan dengan wanita lain. Keputusan emosionalnya berujung pada perbuatan tercela, hingga akhirnya ia ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan mengalami serangan jantung akibat beban moral yang berat.
Film ini bukan sekadar drama tentang seorang hakim korup, melainkan refleksi mendalam tentang konsekuensi moral dan fisik dari tindakan yang tidak terkendali. Sutradara film ini ingin menyampaikan bahwa korupsi bukan hanya masalah hukum, tetapi juga masalah etika yang dapat menghancurkan kehidupan pribadi.
"Catatan Di Balik Toga Merah" diharapkan menjadi alarm bagi masyarakat, terutama pejabat publik, untuk selalu menjaga integritas dan menghindari godaan yang dapat merusak reputasi dan masa depan. Film ini menekankan bahwa korupsi seringkali berawal dari gaya hidup yang konsumtif, mendorong seseorang mencari jalan pintas untuk memenuhi keinginan.
Rencananya, "Catatan Di Balik Toga Merah" akan ditayangkan pada hari anti korupsi sedunia dan juga melalui platform streaming Mahkamah Agung RI. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya korupsi dan pentingnya pencegahan. Film ini diharapkan dapat menggugah hati banyak orang untuk lebih peduli terhadap masalah korupsi dan menjaga integritas dalam kehidupan sehari-hari.