Harapan hidup manusia telah melonjak signifikan dalam satu abad terakhir. Dulu, usia rata-rata hanya 40 tahun, kini di negara maju mencapai lebih dari 80 tahun. Kemajuan medis seperti antibiotik, vaksin, operasi modern, dan teknologi pencitraan berperan besar dalam menyelamatkan nyawa.
Namun, di balik pencapaian ini, terdapat sebuah paradoks. Meskipun hidup lebih lama, semakin banyak orang yang menghabiskan masa tuanya dengan penyakit kronis.
"Peningkatan penyakit kronis bukan sekadar masalah medis, tetapi juga masalah sosial. Kita menghadapi kombinasi gaya hidup yang kurang sehat dan sistem kesehatan yang lebih fokus pada pengobatan daripada pencegahan," ungkap seorang ahli kesehatan masyarakat.
Gaya Hidup Penyebab Utama
Penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup, bukan hanya faktor genetik, menjadi penyebab utama penyakit kronis. Kurang gerak, konsumsi makanan tinggi gula dan ultra-proses, kurang tidur, stres berkepanjangan, dan polusi lingkungan memperburuk kesehatan.
Kebiasaan modern ini secara bertahap melemahkan metabolisme, daya tahan tubuh, dan kesehatan mental. Akibatnya, penyakit kronis semakin banyak dialami oleh kelompok usia produktif, bukan hanya lansia.
Sistem Kesehatan Reaktif
Meskipun teknologi kesehatan semakin canggih, sistem kesehatan di banyak negara masih bersifat reaktif, menunggu penyakit muncul sebelum mengobatinya.
"Sistem kita seperti bengkel. Kita menunggu kerusakan, lalu memperbaikinya. Padahal, pencegahan lebih efektif dan jauh lebih murah daripada mengobati," tambahnya.
Hal ini memunculkan kekhawatiran akan sistem kesehatan "dua lapis": satu untuk kelompok kaya yang bisa menikmati inovasi, dan satu lagi untuk masyarakat umum dengan fasilitas terbatas.
Peralihan ke Pencegahan
Para ahli menekankan perlunya perubahan fokus sistem kesehatan dari pengobatan ke pencegahan. Tujuannya bukan hanya memperpanjang umur, tetapi juga memastikan kualitas hidup di tahun-tahun tambahan tersebut.