Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, menyampaikan pidato penting di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menyoroti urgensi tata kelola internet dan kecerdasan buatan (AI) yang bertanggung jawab. Ia mengecam keras penyalahgunaan platform online untuk menyebarkan disinformasi, ujaran kebencian, misogini, dan xenofobia, menyerukan aksi global untuk melindungi kelompok rentan tanpa mengorbankan kebebasan berekspresi.
Lula membahas berbagai isu global, termasuk krisis multilateralisme dan demokrasi, perjuangan melawan kemiskinan dan ketidakadilan ekonomi, serta konflik di Ukraina dan Gaza. Ia juga menekankan pentingnya perdamaian regional di Amerika Latin dan menyerukan solusi dua negara bagi Palestina.
Menjelang COP30 di Brasil, Lula menekankan urgensi aksi iklim dan menawarkan inisiatif perlindungan hutan tropis. Ia juga mendorong reformasi tata kelola global agar lebih representatif dan inklusif, memberikan ruang bagi suara negara-negara Selatan.
Salah satu poin utama pidato Lula adalah tantangan era digital dan perlunya regulasi AI. Ia menyatakan bahwa teknologi seharusnya memperkuat demokrasi, bukan menjadi alat untuk melemahkannya. Ia menyoroti bagaimana arsitektur digital global saat ini sering digunakan untuk tujuan yang merugikan masyarakat luas, baik dalam politik maupun bisnis.
Lula menyebut kelaparan dan kemiskinan sebagai "perang utama" yang harus diperangi oleh umat manusia. Ia mendesak pengurangan anggaran militer, keringanan utang bagi negara-negara miskin, terutama di Afrika, dan penerapan standar pajak global yang lebih adil untuk mengimbangi kekayaan elit. Menurutnya, tidak masuk akal bahwa jutaan orang terus kelaparan sementara anggaran militer terus membengkak.
Ia mendukung Global Digital Compact yang disepakati oleh PBB sebagai langkah awal menuju tata kelola bersama. Brasil bersedia berpartisipasi dalam diskusi internasional tentang regulasi AI, khususnya yang berkaitan dengan ancaman manipulasi informasi, pelanggaran privasi, dan diskriminasi algoritmik.
Lula juga berbagi pengalaman Brasil dalam melindungi warganya di dunia maya, khususnya melalui Estatuto da Criança e do Adolescente (ECA) dan Digital ECA. ECA, yang telah berlaku sejak 1990, menjamin hak-hak anak dan remaja untuk tumbuh dengan martabat, pendidikan, kesehatan, dan perlindungan dari kekerasan dan eksploitasi. Sementara itu, Undang-Undang Digital ECA mengatur perlindungan anak di dunia digital, mewajibkan platform digital untuk menerapkan sistem distribusi konten sesuai umur, kontrol orang tua, dan verifikasi usia.
Lula mengakhiri pidatonya dengan menyerukan kerjasama global untuk mengatasi ancaman digital. Ia menegaskan bahwa dunia membutuhkan regulasi global yang menempatkan martabat manusia di atas logika pasar. Ia menekankan bahwa sekarang adalah saatnya untuk membangun tata kelola digital yang adil, demokratis, dan inklusif.
Posisi Brasil ini menunjukkan keinginan negara tersebut untuk tidak hanya menjadi korban dari tata kelola global yang tidak stabil, tetapi juga tampil sebagai penggerak solusi, khususnya untuk kepentingan negara-negara Selatan.