Jakarta – Anggota Komisi VIII DPR, Hidayat Nur Wahid (HNW), menyambut baik itikad Wakil Kepala BGN, Nanik S Deyang, yang telah meminta maaf atas insiden keracunan yang menimpa siswa penerima program Makanan Bergizi (MBG). Nanik juga berjanji untuk bertanggung jawab, menutup puluhan Satuan Penyedia Pangan Gizi (SPPG), dan melakukan evaluasi menyeluruh agar tragedi serupa tak berulang.
HNW berpendapat, seharusnya para pejabat BGN mengambil langkah responsif sejak awal, alih-alih meremehkan korban dan mencari pembenaran yang tidak menyelesaikan masalah.
"Pada prinsipnya, kita mendukung penuh keberhasilan program MBG demi peningkatan gizi anak, ibu hamil, dan menyusui. Namun, para pimpinan BGN harus mampu merespons dan mengatasi fakta keracunan massal yang terus terjadi dengan jumlah korban yang terus bertambah. Data dari Koalisi Masyarakat Sipil mencatat, per 21 September 2025, jumlah korban telah mencapai 6.452 siswa," ungkap HNW.
"Evaluasi pelaksanaan program MBG secara komprehensif, baik di tingkat lokal secara terdesentralisasi maupun secara nasional, perlu segera dilakukan. Tujuannya adalah untuk menghentikan tragedi keracunan, menyelamatkan anak-anak, dan menjaga kepercayaan publik terhadap program MBG yang sebenarnya sangat baik," lanjutnya.
Beberapa waktu lalu, serangkaian kasus keracunan MBG terjadi di berbagai daerah di Indonesia, mulai dari puluhan siswa SD di Palembang hingga lebih dari seribu siswa di Bandung Barat. Kasus serupa juga dilaporkan di Ketapang (Kalimantan Barat), Sumbawa (NTB), Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah), dan provinsi lainnya.
Ironisnya, korban keracunan tak hanya menimpa anak-anak, tetapi juga ibu hamil dan menyusui di Kabupaten Bandung. Selain itu, program MBG justru menambah beban kerja guru, mulai dari menerima, menghitung, hingga membagikan makanan kepada siswa. Para guru juga harus menghadapi keluhan orang tua terkait MBG, tanpa ada kompensasi yang sesuai.
HNW menegaskan, kasus keracunan dan carut-marut tata kelola MBG telah menuai kritik tajam dari berbagai lembaga, seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), dan lain-lain. Namun, Kepala BGN justru lebih fokus mengejar target realisasi MBG daripada memperbaiki sistem dan cenderung meremehkan jumlah korban keracunan.
HNW mendesak para pejabat BGN untuk lebih peka dan segera melakukan evaluasi menyeluruh dengan melibatkan berbagai lembaga terkait, seperti KemenPPPA, Kemendukbangga, Kemendagri, Kemenkes, serta organisasi sosial kemasyarakatan.
Menurutnya, langkah tersebut akan menghasilkan solusi konkret agar tragedi keracunan tidak terulang. Ia juga meminta agar BGN memberikan sanksi tegas kepada oknum yang terbukti bersalah, tidak meremehkan korban, dan menepati janji yang telah diucapkan.
"Kondisi yang menimbulkan kecemasan dan ketidakamanan bagi anak-anak peserta didik akibat keracunan program MBG, apalagi jika dibiarkan terus terjadi, jelas melanggar Konstitusi dan Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak. Hal ini juga berpotensi menggagalkan program baik untuk peningkatan gizi anak-anak yang digagas Presiden Prabowo, dan harus segera diatasi oleh BGN," tegasnya.
HNW mengingatkan bahwa UUD NRI 1945 Pasal 28B ayat 2 secara eksplisit menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
"Hak kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang akan terancam jika anak-anak mengalami keracunan. Dampaknya tidak hanya jangka pendek, tetapi juga dapat memengaruhi kesehatan dan pendidikan mereka dalam jangka panjang. Sebelum itu terjadi, evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program MBG yang bertujuan baik ini harus segera dilakukan. SPPG yang terbukti menyebabkan keracunan harus ditutup dan dikenai sanksi hukum. Bahkan, jika perlu, penyaluran MBG dihentikan sementara secara selektif, agar selama proses perbaikan tata kelola tidak ada lagi anak didik, ibu hamil, dan menyusui yang menjadi korban keracunan akibat MBG yang bermasalah. Seharusnya, program MBG ini justru menyehatkan," pungkasnya.