Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) diwarnai aksi kekerasan yang memprihatinkan. Muhamad Mardiono, yang terpilih sebagai Ketua Umum, mengutuk keras insiden kriminal tersebut.
Tiga kader PPP menjadi korban dalam kericuhan ini. Dua di antaranya mengalami luka parah, termasuk sobek di bibir hingga mengenai gigi dan luka sobek di pelipis kanan disertai dugaan retak rahang atas. Korban berasal dari Pandeglang dan Sulawesi Selatan.
Mardiono menyatakan bahwa tindakan anarkis ini mencoreng proses demokrasi yang sedang berlangsung. Ia mendesak aparat kepolisian untuk segera mengusut tuntas dan memproses hukum para pelaku.
"Ini tindakan kriminal yang mencederai demokrasi. Saya sudah minta aparat kepolisian untuk mengusut tuntas pelaku," tegasnya.
Sebagai bentuk tanggung jawab, Mardiono memastikan korban luka serius akan dirujuk ke RSPAD Gatot Soebroto untuk mendapatkan penanganan operasi yang memadai. Korban luka ringan akan ditangani di rumah sakit setempat.
Diduga, kericuhan ini dipicu oleh perbedaan dukungan antara kubu Mardiono dan kubu Agus Suparmanto. Korban merupakan peserta muktamar yang mendukung Mardiono.
Mardiono menegaskan bahwa kekerasan tidak boleh ditoleransi dalam berdemokrasi. Ia menyerukan agar demokrasi dijaga dengan cara-cara yang bermartabat, bukan dengan tindakan kekerasan.