Donor darah, yang selama ini dikenal sebagai tindakan mulia membantu sesama, ternyata menyimpan manfaat kesehatan yang signifikan bagi pendonornya. Praktisi kesehatan mengungkapkan bahwa rutin mendonorkan darah dapat memicu produksi sel darah merah baru, yang berdampak positif pada penurunan risiko penyakit kardiovaskular seperti jantung dan stroke.
Ketika seseorang mendonorkan sekitar 350-450 cc darah, tubuh akan merespons dengan segera mengganti volume plasma yang hilang dan memproduksi sel darah merah baru. Proses regenerasi ini menghasilkan sel darah yang lebih segar dan produktif dalam mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, sehingga meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Lebih lanjut, donor darah menyebabkan penurunan kadar zat besi dalam tubuh. Penurunan ini berperan penting dalam mengurangi tingkat stres oksidatif, yaitu kondisi kerusakan jaringan akibat radikal bebas. Stres oksidatif berkontribusi pada berbagai penyakit berbahaya, termasuk kerusakan pembuluh darah. Dengan berkurangnya stres oksidatif, sel endotel pada pembuluh darah membaik, secara langsung menurunkan risiko serangan jantung dan stroke.
Meskipun bermanfaat, donor darah dapat menyebabkan efek samping ringan dan sementara seperti pusing, lemas, atau memar kecil di area suntikan. Namun, risiko ini dapat diminimalisir dengan istirahat cukup serta asupan cairan dan gizi yang baik sebelum dan sesudah donor. Peralatan yang digunakan selalu steril dan sekali pakai, sehingga risiko penularan infeksi sangat kecil.
Interval ideal untuk donor darah adalah setiap tiga bulan bagi pria dan empat bulan bagi wanita. Perbedaan ini disebabkan oleh cadangan zat besi pada wanita yang umumnya lebih rendah dibandingkan pria, serta adanya siklus menstruasi bulanan.
Dengan demikian, donor darah bukan hanya tentang menolong orang lain, tetapi juga investasi kesehatan jangka panjang bagi diri sendiri. Rutin mendonorkan darah dapat menjadi bagian dari gaya hidup sehat untuk menjaga jantung dan mencegah stroke.