Serangan Udara Rusia Hantam Ukraina, Polandia Siaga Tinggi

Ukraina melaporkan serangan udara besar-besaran oleh Rusia pada Minggu (28/9/2025) dini hari, menggunakan ratusan drone dan rudal. Serangan ini menyebabkan setidaknya 10 orang terluka dan memicu respons dari Polandia.

Menurut pejabat Ukraina, serangan terjadi saat warga tertidur. Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Sybiga menyatakan serangan tersebut menargetkan kota-kota Ukraina saat orang-orang sedang tidur, menghancurkan bangunan tempat tinggal dan mengakibatkan korban sipil. Rekaman menunjukkan api berkobar dari jendela apartemen akibat serangan rudal Rusia.

Kyiv dan Zaporizhzhia menjadi target utama serangan. Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko, menyebut ibu kota diserang secara masif dan meminta warga untuk tetap berada di tempat perlindungan. Enam orang terluka di Kyiv, dengan lima dirawat di rumah sakit dan satu di lokasi kejadian. Di Zaporizhzhia, empat orang dilaporkan terluka akibat serangan di wilayah tenggara Ukraina.

Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, menuding Rusia sengaja menargetkan warga sipil dan menyerukan sanksi ekonomi yang lebih kuat dari Barat terhadap Rusia.

Dampak serangan meluas hingga ke Polandia, yang mengerahkan jet tempur dan menempatkan sistem pertahanan udara dalam status siaga tinggi. Langkah ini diambil sebagai tindakan pencegahan untuk mengamankan wilayah udara Polandia dan melindungi warganya, terutama di wilayah perbatasan dengan Ukraina.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memperingatkan bahwa setiap tindakan agresi terhadap Rusia akan mendapatkan balasan yang keras. Lavrov membantah bertanggung jawab atas pelanggaran wilayah udara negara-negara anggota NATO atau memiliki rencana menyerang mereka.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan bahwa Ukraina kini mengoperasikan sistem pertahanan udara Patriot buatan Amerika Serikat yang disediakan oleh Israel, dan akan menerima dua lagi pada musim gugur ini.

Sementara itu, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang dikuasai Rusia dilaporkan mati selama empat hari berturut-turut, memicu kekhawatiran akan terjadinya insiden nuklir.

Scroll to Top