Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Damaskus, Suriah, tetap membuka pintunya meski negara itu dilanda konflik berkepanjangan. Di tengah situasi yang tak menentu, KBRI menjadi rumah bagi sekitar 1.000 WNI, terutama tenaga kerja wanita (TKW), yang sebagian besar datang melalui jalur ilegal.
Duta Besar RI untuk Suriah, Dr. Wajid Fauzi, mengungkapkan tantangan yang dihadapi dalam mengevakuasi para WNI. Banyak dari mereka tidak memiliki dokumen lengkap, bahkan lupa nama belakang atau asal kampung halaman. KBRI harus berjuang membuatkan dokumen perjalanan darurat agar mereka bisa keluar dari Suriah.
Kisah ini juga menyoroti pergolakan politik di Suriah. Pada tanggal 7 Desember, pasukan penjaga Damaskus dilaporkan meletakkan senjata dan melarikan diri karena gaji yang rendah. Presiden Basyir Al Assad terpaksa menyerah dan terbang ke Rusia, diikuti oleh para pengusaha kroninya yang meninggalkan para pembantu rumah tangga asal Indonesia.
Di tengah kekacauan, nama Indonesia tetap harum di Suriah. Tidak seperti kedutaan negara lain yang menjadi sasaran amuk massa, aset Indonesia aman.
Wisma Indonesia di Damaskus menjadi oase di tengah konflik. Bangunan megah seluas hampir setengah hektare ini menawarkan ketenangan dan kenyamanan dengan taman yang rindang, kolam renang, dan lapangan tenis. Di sana, staf kedutaan dan tamu bisa menikmati hidangan khas Indonesia seperti lodeh, bakwan, dan empal, mengobati kerinduan akan kampung halaman.