Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, dengan tegas menolak permintaan Amerika Serikat (AS) yang meminta Iran untuk menyerahkan seluruh persediaan uranium yang telah diperkaya. Menurut Pezeshkian, tuntutan tersebut "sama sekali tidak dapat diterima".
Pernyataan ini disampaikan Pezeshkian kepada wartawan di New York, sebelum kembali ke Teheran. Ia mengungkapkan bahwa AS menawarkan pembebasan sanksi selama tiga bulan sebagai imbalan penyerahan uranium tersebut.
Pezeshkian juga menyinggung tawaran serupa dari Prancis, yang hanya menawarkan penundaan sanksi selama satu bulan. Ia mempertanyakan motif di balik tawaran tersebut, dengan menyatakan, "Mengapa kita menjerat diri kita sendiri dengan perangkap bulanan?" Pezeshkian menuduh AS menekan negara-negara Eropa untuk tidak mencapai kompromi dengan Iran.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) sebelumnya melaporkan bahwa stok uranium Iran yang diperkaya hingga tingkat 60 persen telah mencapai sekitar 440,9 kilogram pada 13 Juni, meningkat 32,3 kilogram sejak 17 Mei.
Meskipun demikian, dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB, Pezeshkian menegaskan bahwa Iran tidak memiliki niat untuk mengembangkan senjata nuklir. Ia menekankan bahwa Iran terikat pada fatwa pemimpin tertinggi mereka yang mengharamkan senjata nuklir sebagai senjata pemusnah massal.