Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, mencatatkan peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) yang signifikan sepanjang tahun ini. Hingga September, tercatat 607 kasus positif terinfeksi virus yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Meskipun demikian, angka kematian relatif rendah, dengan hanya 2 kasus meninggal dunia dan 6 pasien masih dalam perawatan intensif di rumah sakit.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mengungkapkan bahwa fluktuasi cuaca yang ekstrem menjadi salah satu pemicu utama lonjakan kasus ini. Sayangnya, kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan, terutama dalam pengelolaan sampah, turut memperparah situasi.
"Peningkatan kasus DBD ini harus menjadi perhatian bersama. Masyarakat diimbau untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan aktif memberantas sarang nyamuk (PSN)," ujarnya dalam keterangan pers.
Data menunjukkan bahwa serangan nyamuk Aedes aegypti menyerang semua kelompok usia. Distribusi kasus berdasarkan usia adalah sebagai berikut: 0-5 tahun (118 kasus), 6-12 tahun (178 kasus), 13-18 tahun (90 kasus), 19-30 tahun (93 kasus), 31-50 tahun (93 kasus), dan di atas 50 tahun (38 kasus).
Peningkatan kasus terjadi secara bertahap sejak Januari (75 kasus), Februari (98 kasus), Maret (74 kasus), April (79 kasus), Mei (65 kasus), Juni (72 kasus), Juli (71 kasus), Agustus (42 kasus), dan September (50 kasus). Secara gender, terdapat 297 kasus pada laki-laki dan 313 kasus pada perempuan.
Dinas Kesehatan menekankan bahwa kasus DBD telah menyebar di 10 kecamatan di Kota Tasikmalaya. Masyarakat diimbau untuk secara rutin membersihkan lingkungan sekitar rumah dan aktif melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) sebagai langkah preventif utama. Kewaspadaan dan tindakan nyata dari masyarakat sangat penting dalam menekan penyebaran DBD di Kota Tasikmalaya.