Target untuk mewujudkan internet cepat dengan kecepatan 100 Mbps di seluruh Indonesia menghadapi sejumlah kendala signifikan, terutama di luar Pulau Jawa. Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) menyoroti tantangan utama terletak pada pemerataan infrastruktur yang belum memadai.
Pencapaian kecepatan internet 100 Mbps membutuhkan jaringan serat optik yang kuat, mencakup baik jaringan utama (backbone) maupun akses langsung ke pengguna. Namun, pembangunan infrastruktur telekomunikasi di wilayah luar Jawa terkendala biaya yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan infrastruktur pendukung seperti pasokan listrik dan jaringan transportasi yang belum merata.
Selain infrastruktur, terdapat faktor lain yang perlu dipertimbangkan. Operator telekomunikasi harus memperhitungkan struktur biaya operasional dan daya beli masyarakat setempat. Lebih lanjut, penyediaan layanan internet 100 Mbps melalui jaringan seluler memerlukan dukungan teknologi 5G.
ATSI juga menekankan pentingnya klasifikasi dalam pengukuran kecepatan internet. Pengukuran kecepatan internet (speed test) sebaiknya dipisahkan berdasarkan jenis layanan yang digunakan, yaitu broadband pemula, mobile broadband, dan fixed broadband.
Penggabungan data dari berbagai jenis layanan tersebut dapat memberikan gambaran yang kurang akurat mengenai kecepatan internet secara keseluruhan. Data gabungan dapat menunjukkan kecepatan rata-rata yang rendah, padahal di kota-kota besar kecepatan internet sudah sangat tinggi.
ATSI mengusulkan agar pengukuran kecepatan internet diklasifikasikan agar memberikan gambaran yang lebih jelas dan akurat mengenai kondisi di lapangan. Asosiasi ini menyatakan dukungannya terhadap upaya pemerataan layanan internet berkecepatan tinggi di Indonesia. ATSI berharap bahwa kebijakan dan pengukuran kualitas layanan dilakukan secara komprehensif untuk mencerminkan kondisi yang sebenarnya.