Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini meluncurkan inisiatif yang terdiri dari 20 poin, yang bertujuan untuk mengakhiri konflik di Gaza, Palestina. Proposal ini menuai respons beragam dari berbagai pihak yang terlibat.
Hamas, sebagai salah satu pihak utama dalam konflik, memilih untuk menunda pemberian tanggapan resmi hingga mereka menerima salinan lengkap dari proposal tersebut. Seorang pejabat senior Hamas menyatakan bahwa respons akan diberikan setelah mempelajari isi proposal secara rinci.
Mediator dari Qatar dan Mesir telah menyampaikan proposal Trump kepada Hamas. Isi proposal tersebut antara lain menuntut agar militan Hamas menyerahkan seluruh persenjataan mereka dan mengakhiri peran mereka dalam pemerintahan di masa depan. Namun, terdapat klausul yang menyatakan bahwa anggota Hamas yang bersedia "hidup berdampingan secara damai" akan diberikan amnesti.
Di sisi lain, warga Gaza menunjukkan sikap skeptis terhadap efektivitas rencana Trump dalam mengakhiri perang yang telah menghancurkan wilayah mereka. Abu Mazen Nassa, seorang warga Gaza yang mengungsi akibat perang, menyatakan bahwa "rakyat tidak akan menerima lelucon ini."
Berbeda dengan warga Gaza, Otoritas Palestina, yang berpusat di Tepi Barat dan diharapkan berperan dalam pemerintahan Gaza pasca-perang, menyambut baik "upaya tulus dan penuh tekad" dari Trump.
Dukungan juga datang dari delapan negara Arab dan Muslim, termasuk Mesir, Yordania, Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Turki, Indonesia, dan Pakistan, yang mengadakan pembicaraan dengan Trump sebelumnya. Negara-negara ini memuji "upaya tulus" yang dilakukan oleh Trump.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, secara terbuka mendukung rencana 20 poin Trump. Ia bahkan mengancam akan "menyelesaikan" Hamas jika kelompok tersebut menolak rencana tersebut. Netanyahu menyatakan bahwa rencana tersebut sejalan dengan tujuan perang Israel di Gaza.
Rencana Trump menyerukan gencatan senjata, pembebasan sandera dalam waktu 72 jam, pelucutan senjata Hamas, dan penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Gaza. Setelah penarikan pasukan, akan dibentuk otoritas transisi pasca-perang yang dipimpin oleh Trump.
Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan bertindak sendiri jika Hamas menolak atau melawan rencana tersebut. Ia berjanji bahwa Israel akan menyelesaikan misinya untuk "menghancurkan" Hamas.