Terobosan Optik Adaptif Tingkatkan Kemampuan LIGO dalam Menjelajahi Gelombang Gravitasi

Para ilmuwan di University of California, Riverside (UCR), telah menciptakan perangkat optik inovatif yang berpotensi merevolusi kinerja observatorium gelombang gravitasi seperti Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO). Penemuan ini, yang dipimpin oleh Profesor Jonathan Richardson, membuka jalan bagi deteksi gelombang gravitasi yang lebih presisi dan mendalam.

Gelombang gravitasi, riak dalam struktur ruang-waktu yang dihasilkan oleh peristiwa kosmik dahsyat seperti tumbukan lubang hitam atau bintang neutron, telah menjadi fokus utama penelitian sejak deteksi pertama mereka pada tahun 2015 oleh LIGO. Sejak saat itu, LIGO telah mendeteksi sekitar 200 peristiwa kosmik, memberikan wawasan berharga tentang alam semesta dan objek-objek ekstrem di dalamnya.

Namun, kemampuan LIGO saat ini memiliki keterbatasan. Untuk menjangkau lebih jauh ke masa lampau alam semesta, daya laser yang lebih tinggi diperlukan. Sayangnya, peningkatan daya laser menyebabkan panas berlebih dan distorsi pada cermin utama LIGO, yang mengurangi akurasi pengukuran.

Untuk mengatasi tantangan ini, tim Richardson mengembangkan teknologi optik adaptif canggih. Instrumen ini memancarkan radiasi inframerah dengan tingkat kebisingan rendah langsung ke permukaan cermin LIGO, secara efektif mengoreksi distorsi yang disebabkan oleh panas.

Keunikan perangkat ini terletak pada pemasangannya yang dekat dengan cermin utama dan penggunaan prinsip optik non-imaging, sebuah metode yang belum pernah dicoba dalam deteksi gelombang gravitasi. Dengan koreksi distorsi ini, LIGO dapat beroperasi dengan daya laser yang jauh lebih tinggi tanpa mengorbankan akurasi.

Teknologi ini dianggap sebagai prototipe dari pendekatan baru yang revolusioner. Diharapkan teknologi ini akan membuka jalan bagi peningkatan signifikan pada LIGO dan observatorium gelombang gravitasi generasi berikutnya.

Salah satu proyek ambisius yang akan datang adalah pembangunan Cosmic Explorer, observatorium gelombang gravitasi generasi baru yang akan 10 kali lebih besar dari LIGO. Dengan lengan interferometer sepanjang 40 kilometer, Cosmic Explorer akan memungkinkan para ilmuwan untuk "melihat" alam semesta pada masa-masa awalnya, bahkan sebelum pembentukan bintang pertama. Jika terwujud, Cosmic Explorer akan menjadi instrumen ilmiah terbesar yang pernah dibangun, membuka jendela baru ke misteri kosmos.

Scroll to Top