Mantan Presiden AS, Donald Trump, mengungkapkan keyakinannya bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, terbuka untuk mencapai kesepakatan terkait konflik di Ukraina. Trump bahkan menilai Putin lebih mudah diajak berunding dibandingkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Dalam sebuah wawancara, Trump menggambarkan pengalamannya ketika Zelensky berkunjung ke Ruang Oval. Saat itu, Trump berusaha membahas penyelesaian konflik, namun Zelensky terus mendesak jaminan keamanan. Trump merasa Zelensky terus meminta lebih tanpa memiliki daya tawar yang kuat. Ia berharap Zelensky bersedia mencapai kesepakatan.
Trump juga menyatakan keraguannya bahwa konflik ini dapat diselesaikan tanpa dirinya kembali menjabat. Ia meyakini Putin memiliki rencana untuk melanjutkan agresi. Menurut Trump, konflik yang berkecamuk saat ini adalah "perang Biden," bukan tanggung jawabnya.
Trump mengklaim dirinya berusaha mengakhiri konflik, bukan demi keuntungan pribadi, melainkan karena banyaknya korban jiwa. Ia merasa Putin bersedia membuat kesepakatan dan lebih kooperatif dalam perundingan dibandingkan Zelensky.
Sebelumnya, Trump pernah mengisyaratkan memiliki tenggat waktu untuk menyelesaikan konflik di Ukraina, namun tidak mengungkapkannya secara detail. Ia juga mengkritik pernyataan Zelensky terkait Krimea yang dianggapnya merusak peluang perundingan damai dengan Rusia. Trump meyakini situasi di Ukraina sangat mengerikan dan Zelensky harus mencapai perdamaian atau berisiko kehilangan seluruh negara dalam beberapa tahun mendatang.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menyatakan bahwa minggu-minggu mendatang akan menjadi krusial bagi AS untuk menentukan apakah akan terus fokus pada konflik di Ukraina atau mengalihkan perhatian ke isu-isu lainnya.