Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) menyatakan kesiapannya untuk mendukung pemerintah dalam mengatasi permasalahan ribuan desa yang belum terhubung dengan jaringan internet. Hal ini diungkapkan sebagai respon terhadap pernyataan Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) terkait masih adanya sejumlah besar desa yang belum memiliki akses internet dan jaringan 4G.
Direktur Eksekutif ATSI, Marwan O. Baasir, menekankan bahwa pihaknya akan mempelajari lebih lanjut pandangan dari Komdigi dan berkoordinasi dengan seluruh anggota ATSI untuk mencari solusi terbaik. Prinsipnya, ATSI mendukung penuh upaya pemerintah untuk menyediakan akses internet yang merata di seluruh Indonesia.
Menkomdigi sebelumnya mengungkapkan bahwa terdapat 2.333 desa di Indonesia yang belum memiliki koneksi internet, dengan 2.017 desa di antaranya belum terlayani jaringan 4G. Selain itu, terdapat 316 desa berupa ladang nonpemukiman yang juga membutuhkan pembangunan konektivitas.
Menanggapi hal ini, Marwan menjelaskan bahwa ada dua pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu optimalisasi jaringan yang sudah ada atau penambahan site baru. Optimalisasi dilakukan jika jaringan sebenarnya sudah menjangkau desa tersebut, namun belum berjalan maksimal. Sementara itu, penambahan site dilakukan jika jaringan benar-benar belum tersedia.
Marwan menambahkan, dalam hal penambahan site, perlu dipertimbangkan operator mana yang akan melakukan penggelaran jaringan. Hal ini dikarenakan tidak semua operator seluler dapat masuk ke wilayah tersebut, mengingat perlunya perhitungan skala ekonomis.
"Apakah secara skala ekonomis, dia bisa satu operator, dua operator, tiga operator. Umumnya kalau area-area 3T, biasanya ada satu operator," ujarnya.
Selain itu, penggelaran jaringan internet ke daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) juga memiliki tantangan tersendiri, terutama terkait infrastruktur penunjang seperti listrik dan jalan. Marwan mencontohkan, material dan logistik seringkali mengalami kesulitan untuk sampai ke lokasi site.
Lebih lanjut, Marwan menduga bahwa keberadaan desa-desa yang belum terjangkau koneksi internet ini merupakan imbas dari pemekaran desa. Ia menjelaskan bahwa sebelumnya telah dibangun 12.300 base transceiver station (BTS) 4G di berbagai wilayah Indonesia, hasil kerja sama antara operator seluler dan BAKTI Komdigi, untuk mengisi blank spot internet.
"Karena dulu tuh kan kita bicara 12.300 (BTS). Sekarang ternyata ada tambahan. Penambahannya dari mana? Umumnya yang kami ketahui, (akibat) pemekaran desa," jelas Marwan.