Kabar duka menyelimuti Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur. Sebuah bangunan di kompleks pesantren tersebut roboh pada Senin (29/09) sekitar pukul 15.00 WIB, mengakibatkan tiga santri meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka. Tim SAR terus berupaya mencari korban yang diduga masih tertimbun reruntuhan.
Kepala Basarnas menegaskan bahwa operasi SAR akan dilakukan tanpa henti demi menemukan dan menyelamatkan para korban yang mungkin masih hidup di bawah puing-puing bangunan. Hingga Selasa (30/09) sore, data menunjukkan total 98 santri menjadi korban dalam peristiwa ini. Mereka dirawat di tiga rumah sakit berbeda di Sidoarjo.
BNPB melaporkan bahwa tim gabungan masih mencari 38 orang yang dilaporkan hilang dan diduga terjebak di reruntuhan. Keluarga santri yang belum diketahui nasibnya hanya bisa berharap agar anak-anak mereka segera ditemukan dalam kondisi selamat.
Safiuddin, seorang wali santri bernama Reyhan Jamil, 14 tahun, mengungkapkan harapannya agar anaknya segera dievakuasi dan selamat. Pihak pesantren terus memberikan informasi terbaru kepada keluarga korban melalui pengeras suara di musala Al-Amin.
Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya meyakini bahwa masih ada santri yang selamat di dalam reruntuhan. Berdasarkan informasi dari pihak pesantren, terdapat sekitar 140 santri di dalam bangunan saat kejadian. Hingga saat ini, 102 santri telah berhasil dievakuasi. Petugas SAR masih dapat berkomunikasi dengan salah satu korban yang terjebak di dalam reruntuhan dan memberikan suplai oksigen, makanan, dan minuman.
Kronologi Kejadian
Menurut BNPB, insiden ini terjadi saat proses pengecoran lantai tiga pondok pesantren. Diduga, tiang pondasi tidak kuat menahan beban pengecoran, sehingga bangunan runtuh hingga ke lantai dasar. Peristiwa mendadak ini menyebabkan banyak santri dan pekerja tertimpa material bangunan.
Seorang santri, Muhammad Rijalul Qoib (13), menceritakan bahwa saat kejadian ada truk yang sedang melakukan pengecoran di lantai atas. Bangunan tiba-tiba ambruk, dan bagian tengah mengalami kerusakan paling parah. Ia berhasil menyelamatkan diri dengan berlari keluar, namun sempat tertimpa reruntuhan atap.
Proses Evakuasi yang Sulit
Tim SAR menghadapi kendala dalam menjangkau korban karena kondisi reruntuhan yang berbahaya. Evakuasi dilakukan secara manual tanpa menggunakan alat berat untuk mencegah potensi runtuhnya struktur bangunan yang lebih lanjut.
Basarnas telah mengirimkan tim khusus dari kantor pusat serta mengerahkan unsur SAR dari Semarang dan Yogyakarta dengan membawa peralatan khusus untuk penyelamatan korban dalam bangunan runtuh. Tim SAR gabungan terdiri dari 332 personel dari 56 instansi dan organisasi.
Dugaan Pembangunan Tanpa IMB
Pengasuh Ponpes Al Khoziny, KH R Abdus Salam Mujib, menjelaskan bahwa pembangunan bangunan tersebut telah berlangsung selama sembilan hingga 10 bulan. Bangunan tersebut rencananya akan difungsikan sebagai musala di lantai bawah dan hall atau pusat kegiatan santri di lantai atas.
Namun, muncul dugaan bahwa pembangunan tersebut tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Bupati Sidoarjo menyatakan bahwa pengelola belum mengurus izin saat mendirikan bangunan. Ia juga menyebutkan bahwa bangunan tersebut ambruk saat proses pengecoran di lantai tiga karena konstruksi yang tidak standar.