Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, secara tak terduga menyampaikan permohonan maaf kepada Qatar, menyusul insiden serangan Israel yang menyasar para pemimpin Hamas di Doha. Serangan ini, yang belum pernah terjadi sebelumnya, memicu badai kecaman global. Apa yang mendorong Netanyahu melakukan hal ini? Berikut lima alasan utama di balik permintaan maaf tersebut:
1. Desakan dari Donald Trump
Permintaan maaf ini terjadi setelah panggilan telepon bersama antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Netanyahu dengan Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani. Pertemuan di Gedung Putih ini menjadi pemicu permintaan maaf Netanyahu. Gedung Putih menyatakan Netanyahu menyesali serangan rudal yang tidak sengaja menewaskan seorang warga Qatar. Lebih lanjut, Netanyahu menyesal karena telah melanggar kedaulatan Qatar saat menargetkan kepemimpinan Hamas selama negosiasi penyanderaan. Israel berjanji tidak akan mengulangi tindakan serupa di masa mendatang.
2. Pelanggaran Kedaulatan Qatar
Serangan ini merupakan yang pertama kalinya Israel menyasar Qatar, negara yang menjadi mediator kunci dalam upaya gencatan senjata dan juga rumah bagi pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah, Al Udeid. Kementerian Luar Negeri Qatar mengkonfirmasi panggilan telepon tersebut sebagai bagian dari upaya AS mengatasi dampak agresi Israel yang menargetkan wilayah Doha, termasuk perumahan delegasi negosiasi Hamas, yang merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan Qatar.
3. Targetnya Hamas, Bukan Warga Qatar
Netanyahu melalui akun X resminya menyatakan penyesalannya atas tewasnya warga Qatar dalam serangan tersebut. Ia menegaskan Israel menargetkan Hamas, bukan Qatar. Ia juga meyakinkan bahwa Israel tidak berencana melanggar kedaulatan Qatar lagi dan telah membuat komitmen tersebut kepada presiden. Meskipun demikian, Netanyahu juga menyampaikan keluhannya terhadap Qatar, mulai dari dukungan terhadap Ikhwanul Muslimin hingga liputan Al Jazeera yang dianggap anti-Israel.
4. Kecaman Internasional
Serangan di Doha menuai kecaman keras dari Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, yang menyebutnya sebagai "pelanggaran mencolok" terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Qatar. Selain itu, hampir 60 negara Muslim berkumpul di Doha untuk menunjukkan solidaritas mereka setelah serangan tersebut.
5. Qatar Menolak Jadi Negosiator Tanpa Permintaan Maaf
Sultan Barakat dari Universitas Hamad Bin Khalifa di Qatar, menyebut permintaan maaf Netanyahu sebagai langkah yang "signifikan". Qatar telah menyatakan tidak akan melanjutkan upaya mediasi tanpa permintaan maaf publik dan jaminan dari Netanyahu bahwa hal serupa tidak akan terulang. Hal ini penting tidak hanya untuk mediasi antara Hamas dan Israel, tetapi juga untuk keseluruhan portofolio mediasi secara umum.