Gelombang Protes Gen Z Guncang Madagaskar, Pemerintah Dibubarkan!

Jakarta – Madagaskar dilanda gejolak politik setelah demonstrasi besar-besaran yang dipimpin oleh generasi Z memaksa Presiden Andry Rajoelina untuk membubarkan pemerintahannya. Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap gelombang protes yang dipicu oleh krisis listrik dan air yang berkepanjangan.

Ribuan pemuda Madagaskar turun ke jalan selama beberapa hari terakhir, menyuarakan kekecewaan mendalam terhadap kondisi negara yang memprihatinkan. Aksi protes ini awalnya dipicu oleh pemadaman listrik dan air yang kerap terjadi, namun kemudian meluas menjadi ungkapan frustrasi atas kemiskinan yang merajalela.

"Kami mengakui dan memohon maaf jika kinerja pemerintah belum optimal," ujar Presiden Rajoelina dalam pidatonya di televisi nasional, Televiziona Malagasy (TVM).

Para demonstran membawa spanduk-spanduk yang menggambarkan kesulitan hidup mereka, seperti "Kami Ingin Hidup, Bukan Bertahan Hidup". Data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa lebih dari 75 persen dari 30 juta penduduk Madagaskar hidup di bawah garis kemiskinan. Akses terhadap listrik pun sangat terbatas, hanya sekitar 36 persen penduduk yang dapat menikmatinya, itupun dengan pemadaman yang terjadi setiap hari.

Aksi demonstrasi ini berujung pada kerusuhan yang menyebabkan sedikitnya 22 orang meninggal dunia, menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Penjarahan terjadi di berbagai tempat, mulai dari supermarket hingga rumah-rumah politisi. Pemerintah pun terpaksa memberlakukan jam malam dan mengerahkan pasukan keamanan untuk meredakan situasi.

Sebagai langkah awal, Presiden Rajoelina telah memecat menteri energi pada hari Jumat (26/9). Dalam pidatonya, ia juga mengajak para pemuda untuk berdialog dan menjanjikan dukungan bagi bisnis-bisnis yang terkena dampak penjarahan.

Uniknya, para demonstran gen Z di Madagaskar menggunakan bendera anime Jepang, One Piece, sebagai simbol perlawanan mereka terhadap pemerintah. Bendera ini juga telah menjadi simbol persatuan dalam berbagai aksi protes anak muda di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, Filipina, Prancis, Nepal, dan Peru.

Scroll to Top