Presiden Donald Trump menghadapi tantangan besar di 100 hari pertama masa jabatannya. Survei terbaru menunjukkan hanya 39% warga Amerika Serikat yang merasa puas dengan kinerjanya, sebuah indikasi penurunan kepercayaan publik yang signifikan.
Meskipun demikian, Trump merayakan tonggak awal kepemimpinannya dengan kampanye besar di Michigan, wilayah kunci yang berhasil dimenangkannya dalam pemilihan melawan Kamala Harris.
Sejak kembali menjabat, Trump telah menerapkan serangkaian kebijakan yang berani dan kontroversial, termasuk penetapan tarif tinggi pada produk impor, pemangkasan jumlah pegawai federal yang melibatkan Elon Musk, serta penghentian bantuan luar negeri. Namun, pendekatan agresif ini justru menciptakan turbulensi di pasar dan ketidakpastian ekonomi.
Wall Street mengalami penurunan lebih dari 6% sejak Trump menjabat, meskipun sempat sedikit pulih setelah berita tentang pelonggaran tarif otomotif. Trump juga menghadapi kecaman keras atas kebijakan imigrasi yang ketat, termasuk praktik deportasi tanpa proses hukum yang menuai banyak protes.
Demokrat Menilai 100 Hari Trump Sebagai Kegagalan
Partai Demokrat dengan cepat memanfaatkan momentum ini. Mereka menyebut 100 hari pertama pemerintahan Trump sebagai kegagalan total, menuduhnya sebagai penyebab naiknya biaya hidup, sulitnya pensiun, dan meningkatnya risiko resesi. "Trump bertanggung jawab atas fakta bahwa hidup menjadi semakin mahal dan ekonomi berada di ambang kehancuran," tegas Komite Nasional Demokrat.
Walaupun popularitasnya menurun secara nasional, Trump tetap mempertahankan dukungan kuat dari basis pemilihnya yang setia. Ia bahkan mengklaim bahwa seluruh janji kampanyenya telah selesai atau sedang dalam proses penyelesaian. "Saya pikir kami telah menyelesaikan segalanya, atau sedang dalam tahap akhir," ujarnya sebelum bertolak ke kampanye di Michigan.
Namun, beberapa kebijakan yang ia terapkan, termasuk upaya mencabut kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan penghapusan dana pendidikan tinggi, menimbulkan pertanyaan serius tentang batasan kekuasaan seorang presiden.
Janji-Janji Kampanye Terus Diuji
Trump sebelumnya menjanjikan akan mengakhiri perang di Ukraina dalam waktu 24 jam, tetapi Rusia dilaporkan menolak tawaran gencatan senjata tersebut. Kini, Trump menyebut janji itu sebagai "lelucon," meskipun laporan menunjukkan bahwa ia mengulang klaim tersebut lebih dari 50 kali selama kampanye.
Meskipun demikian, para pendukungnya tetap setia. "Dia luar biasa. Orang-orang terlalu khawatir tentang tarif. Kami tidak peduli – lihat saja hal-hal lain yang mulai berjalan," kata seorang pendukung di kampanye Trump di Michigan.