Paparan rutin terhadap bahan kimia yang lazim digunakan dalam produksi plastik, khususnya ftalat, terindikasi sebagai faktor penyebab lebih dari 356.000 kematian global akibat penyakit jantung pada tahun 2018.
Ftalat, senyawa kimia yang umum ditambahkan pada plastik untuk meningkatkan kelenturan, terbukti menjadi ancaman serius bagi kesehatan jantung. Studi terbaru menyoroti jenis ftalat bernama di-2-etilheksil ftalat (DEHP), yang sering digunakan dalam wadah makanan, peralatan medis, dan produk plastik lainnya.
Penelitian menunjukkan bahwa wilayah Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Timur, dan Pasifik mencatat proporsi kematian tertinggi terkait paparan ftalat. India mencatat jumlah kematian tertinggi dengan lebih dari 103 ribu kasus, diikuti oleh China dan Indonesia. Tingginya angka kematian di negara-negara ini diduga terkait dengan volume produksi plastik yang besar dan regulasi manufaktur yang kurang ketat.
Para peneliti menekankan adanya ketidaksetaraan global, di mana wilayah tertentu menanggung beban risiko penyakit jantung yang lebih besar akibat paparan ftalat. Paparan DEHP terbukti memicu respons imun berlebihan, menyebabkan peradangan pada arteri jantung dan meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke.
Analisis terbaru memperkirakan bahwa paparan DEHP berkontribusi pada 13% dari total kematian global akibat penyakit jantung pada tahun 2018 di antara pria dan wanita berusia 55 hingga 64 tahun. Temuan ini memperkuat bukti bahwa ftalat menghadirkan bahaya besar bagi kesehatan manusia.
Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami hubungan antara ftalat dan kesehatan jantung, para ahli menyarankan langkah-langkah pencegahan sederhana. Mengemas makanan dalam wadah logam, keramik, atau kaca, serta mengurangi konsumsi makanan olahan dapat membantu meminimalkan paparan ftalat. Selain itu, menghindari penggunaan wadah plastik di microwave atau mesin pencuci piring juga penting untuk mencegah penyerapan bahan kimia berbahaya.