Jakarta – Kembalinya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-47 telah memicu gejolak di pasar global, terutama bagi harga emas. Dalam 100 hari pertamanya, kebijakan-kebijakan kontroversial Trump telah mendorong harga emas melambung tinggi, mengingatkan pada masa jabatannya sebelumnya.
Harga emas telah meroket 22,76% hingga mencapai US$3.316,49 per troy ons pada 30 April 2025. Kenaikan ini dipicu oleh serangkaian kebijakan "America First" yang agresif, termasuk penerapan tarif besar-besaran terhadap berbagai negara.
Aksi Cepat dan Kontroversial
Trump menandai 100 hari pertamanya dengan serangkaian perintah eksekutif yang memecahkan rekor. Lebih dari 142 perintah telah ditandatanganinya, jauh melebihi presiden-presiden AS sebelumnya dalam periode yang sama. Pada hari pertamanya, Trump langsung mengeluarkan 26 perintah, termasuk pengampunan massal bagi pelaku kerusuhan Capitol 6 Januari 2021, penarikan diri dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan penggantian nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika.
Selain itu, Trump juga mengampuni lebih dari 1.500 orang, termasuk pendukungnya yang terlibat dalam kerusuhan Capitol. Pengampunan kontroversial lainnya adalah Ross Ulbricht, pendiri pasar gelap Silk Road.
Perang Tarif Memicu Kekhawatiran
Kebijakan tarif menjadi senjata utama pemerintahan Trump untuk mengurangi defisit perdagangan, memperbaiki ketidakadilan perdagangan, dan mengembalikan lapangan kerja manufaktur ke AS. Mulai 1 Februari 2025, Trump mengenakan tarif 25% pada barang-barang dari Kanada dan Meksiko, termasuk pungutan 10% pada energi Kanada, serta tarif 10% pada barang-barang dari China.
Tak berhenti di situ, Trump juga menargetkan baja, aluminium, dan impor mobil dengan tarif 25%. Pada April 2025, tarif dasar 10% dikenakan pada barang-barang yang diimpor dari seluruh dunia.
Puncaknya adalah pengumuman kebijakan tarif 10% untuk semua negara dan tarif timbal balik hingga puluhan persen ke beberapa negara pada 2 April 2025. Tentu saja, hal ini memicu reaksi keras dari banyak negara. Emas kembali menjadi aset pelarian di tengah ketidakpastian global, mendorong harganya melonjak tak terkendali.
China menghadapi tarif tertinggi, yaitu 145%, meskipun beberapa pengecualian diberikan untuk barang-barang terkait teknologi, seperti telepon pintar. Kanada dan Meksiko dikenakan tarif 25% atas barang-barang yang tidak mematuhi perjanjian dagang trilateral USMCA. Uni Eropa menghadapi tarif yang saat ini ditangguhkan sebesar 20%.
Rekor Demi Rekor Emas Tercipta
Era Trump jilid II telah menjadi berkah bagi emas. Logam mulia ini mencatat rekor tertinggi sepanjang masa sebanyak 23 kali, termasuk penutupan tertinggi di US$ 3.424,30 per troy ons pada 21 April 2025. Rekor intraday tertinggi sejauh ini adalah US$ 3.500,05 pada 22 April 2025.
Berikut adalah beberapa tonggak penting harga emas dalam 100 hari pertama Trump:
- 22 April 2025: Harga emas mencatat rekor intraday tertinggi dalam sejarah di US$ 3.500,05
- 21 April 2025: Harga emas mencatat rekor penutupan tertinggi di US$ 3.424,30 dan menembus level US$ 3.400
- 16 April 2025: Harga emas menyentuh level US$ 3.300
- 11 April 2025: Harga emas menyentuh level US$ 3.200
- 11 April 2025: Harga emas menyentuh level US$ 3.100
- 17 Maret 2025: Harga emas menyentuh level US$ 3.000
- 22 Februari 2025: Harga emas mencetak rekor selama lima hari berturut-turut
- 10 Februari 2025: Harga emas menyentuh level US$ 2.900
- 31 Januari 2025: Harga emas menyentuh level US$ 2.800
Kenaikan harga emas yang signifikan ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian kebijakan dan potensi perang dagang yang dipicu oleh pemerintahan Trump. Dengan kebijakan-kebijakan yang agresif dan kontroversial, pasar global diperkirakan akan terus bergejolak, dan emas tetap menjadi aset pelarian utama bagi para investor.