Gagal ginjal, penyakit serius yang kerap datang tanpa disadari. Seperti kisah Justin Pham, pria asal Los Angeles yang harus menerima kenyataan pahit didiagnosis gagal ginjal di usia 30 tahun. Ironisnya, ia telah mengabaikan berbagai gejala selama hampir satu dekade.
Pham mengaku sering menyepelekan gejala yang dialaminya. Ia mengira kulit gatal hanya karena kulit kering biasa, atau masalah perut disebabkan makanan yang kurang cocok. Namun, ia baru sadar ketika fungsi ginjalnya sudah sangat menurun, hingga organ vitalnya tak mampu lagi berfungsi normal.
Gejala Awal yang Sering Diabaikan
Sejak usia 20-an, Pham mulai merasakan berbagai keluhan yang ternyata merupakan tanda-tanda awal penyakit ginjal. Beberapa gejala yang ia alami antara lain:
- Kulit gatal atau muncul ruam
- Kram kaki, terutama di pagi hari
- Sakit perut disertai mual dan muntah
- Sering buang air kecil di malam hari
- Urin yang berbusa
- Sesak napas
Pham menceritakan, sesak napas yang ia rasakan saat berjalan menyeberang jalan menjadi titik balik kesadarannya. Awalnya, ia menduga hal tersebut berkaitan dengan Covid-19, bukan masalah ginjal.
Gagal Ginjal Kronis Stadium 5 dan Efek Domino ke Jantung
Setelah menjalani pemeriksaan, Pham didiagnosis menderita penyakit ginjal kronis (PGK) stadium 5, kondisi di mana ginjal hanya berfungsi kurang dari 15% dari kapasitas normal. Kondisi ini mengharuskannya menjalani dialisis atau transplantasi ginjal.
Pham tidak menyadari bahwa riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarganya merupakan faktor risiko utama gagal ginjal, selain diabetes. PGK yang tidak ditangani dengan baik dapat memicu kerusakan organ lain, termasuk jantung.
Dua tahun setelah diagnosis PGK, Pham mulai merasakan gejala gagal jantung, seperti:
- Tangan dan kaki membengkak
- Nyeri dada
- Kelelahan yang sangat ekstrem
- Penurunan nafsu makan
Kondisi ini memperlihatkan efek domino dari gagal ginjal kronis. Ketika satu organ mulai gagal, organ lain pun rentan terkena dampaknya.
Gagal ginjal dan gagal jantung memang sering terjadi bersamaan. Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik membuang garam dan air, maka jantung akan terbebani. Penumpukan cairan dalam tubuh akibat penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan peregangan otot jantung, yang akhirnya bisa berujung pada gagal jantung.
Selain itu, kadar elektrolit yang tidak normal, seperti kalium yang tinggi, juga dapat memicu masalah jantung pada penderita penyakit ginjal. Kalium dapat menumpuk dalam darah ketika ginjal tidak mampu menyaringnya dengan baik.
Saat ini, Pham menjalani dialisis peritoneal (PD) selama 10 jam setiap hari. Prosedur ini menjadi satu-satunya pilihan pengobatan baginya.
Kisah Pham menjadi pelajaran berharga untuk tidak mengabaikan gejala-gejala awal yang mungkin tampak sepele. Deteksi dini dan penanganan yang tepat dapat mencegah komplikasi serius akibat penyakit ginjal.