Efek CGI, seringkali menjadi tulang punggung film modern untuk menciptakan visual yang memukau. Namun, tidak semua implementasi CGI berhasil, dan beberapa justru menjadi sorotan karena kualitasnya yang di bawah standar. Bagi penonton yang jeli, momen-momen CGI yang janggal ini bisa merusak pengalaman menonton. Salah satu contoh paling ikonik adalah adegan Scorpion King dalam film The Mummy Returns (2001).
Kemunculan Dwayne "The Rock" Johnson sebagai Scorpion King sangat dinantikan. Sayangnya, penampilan perdananya justru menjadi simbol CGI yang buruk. Transformasi The Rock menjadi hibrida manusia-kalajengking dieksekusi dengan efek digital yang kaku dan tidak menyatu dengan latar belakang. Wajahnya lebih mirip animasi video game lawas daripada makhluk mitologi yang menakutkan. Alih-alih menciptakan rasa kagum, adegan ini malah memicu tawa dan kekecewaan karena visualnya yang terasa sangat aneh.
Keterbatasan waktu produksi menjadi salah satu penyebab utama kegagalan CGI ini. Tim efek visual bekerja di bawah tekanan jadwal yang ketat, sehingga kualitas animasi tidak maksimal. Selain itu, teknologi CGI pada masa itu belum secanggih sekarang. Menciptakan karakter digital yang realistis dalam adegan aksi cepat merupakan tantangan besar. Hasilnya, Scorpion King terlihat seperti boneka digital yang tidak berinteraksi secara alami dengan lingkungan dan aktor lain.
Kurangnya detail pada tekstur wajah dan gerakan tubuh semakin memperburuk efek CGI ini. Scorpion King tampak seperti tempelan kasar dalam dunia nyata. Kegagalan visual ini berdampak negatif pada penerimaan film secara keseluruhan. The Mummy Returns justru lebih dikenal karena kesalahan CGI-nya daripada karena alur cerita petualangannya. Hingga saat ini, adegan Scorpion King terus menjadi contoh klasik adegan CGI paling mengecewakan dalam sejarah perfilman Hollywood.