SANAA – Ketegangan meningkat tajam setelah Yaman dilaporkan meluncurkan serangan rudal balistik hipersonik ke wilayah Israel pada Jumat (2/5/2025). Kota Tamra di utara wilayah Palestina yang diduduki dilaporkan mengalami kebakaran akibat serpihan rudal pencegat.
Menurut keterangan militer Israel, sirene peringatan serangan udara berbunyi di sejumlah area setelah terdeteksi peluncuran rudal dari Yaman.
Angkatan Bersenjata Yaman, yang terafiliasi dengan gerakan Ansarallah, mengklaim berhasil meluncurkan rudal balistik hipersonik bernama ‘Palestina 2’ yang menyasar Pangkalan Udara Ramat David di timur kota Haifa. Brigadir Jenderal Yahya Saree menegaskan rudal tersebut berhasil mencapai target dan menembus sistem pertahanan udara Israel.
Serangan ini diklaim sebagai respons atas genosida di Gaza, yang disebut Yaman didukung penuh oleh Amerika Serikat (AS). Yaman menegaskan dukungan berkelanjutan terhadap perlawanan Palestina dan berjanji untuk terus melakukan operasi militer hingga agresi Israel berakhir dan blokade di Gaza dicabut.
Sirene serangan udara dilaporkan berbunyi di lebih dari 250 lokasi di Israel utara, termasuk Haifa, al-Nasirah, Afula, dan Wadi Ara, memicu kekhawatiran akan serangan lanjutan.
Eskalasi ini terjadi di tengah gelombang serangan udara pimpinan AS di Yaman. Kementerian Kehakiman di Sanaa melaporkan lebih dari 1.300 warga sipil tewas atau terluka dalam beberapa pekan terakhir, termasuk banyak wanita dan anak-anak.
AS dituduh melakukan kejahatan perang, khususnya setelah serangan terhadap pusat penahanan migran di Saada yang melibatkan penggunaan bom penghancur bunker GBU-39. Pemerintah Yaman juga mengutuk peran militer Inggris dalam konflik tersebut dan memperingatkan London tentang "konsekuensi serius" atas partisipasinya.
Washington berupaya membatasi informasi publik tentang operasi militernya di Yaman, dengan alasan "keamanan operasional." Sejak pertengahan Maret 2025, Komando Pusat AS telah melakukan lebih dari 800 serangan di seluruh Yaman, banyak yang menargetkan infrastruktur sipil. Meskipun mengakui serangan tersebut memiliki "dampak mematikan", AS belum memberikan rincian apa pun tentang korban sipil.
Pemimpin gerakan Ansarallah Yaman, Sayyed Abdul Malik al-Houthi, menyatakan agresi AS terhadap Yaman merupakan bagian dari kampanye yang lebih luas untuk membubarkan negara Islam (Ummah), sejalan dengan tujuan Zionis. Ia membingkai tindakan militer yang dipimpin Amerika Serikat dan Israel sebagai bagian dari serangan komprehensif yang bertujuan menaklukkan kawasan tersebut dan melemahkan persatuannya.