Cinta Kuya: Luka Bully Masa Lalu dan Transformasi di Negeri Paman Sam

Cinta Kuya, putri sulung Uya Kuya dan Astrid Kuya, ternyata menyimpan pengalaman pahit sebagai korban perundungan sejak kecil. Astrid mengungkapkan bahwa Cinta kerap menjadi target bully teman-temannya di sekolah karena sering mendapatkan izin untuk syuting sebagai artis cilik. Rasa iri dari teman-temannya itulah yang menjadi awal mula luka tersebut.

Pengakuan ini baru terungkap saat Cinta memasuki usia 19 tahun dalam sesi obrolan mendalam antara ibu dan anak. Sayangnya, perundungan tidak berhenti di bangku sekolah. Setelah beranjak dewasa, Cinta masih sering menerima komentar negatif dari warganet yang mengkritik penampilannya, bahkan membandingkannya dengan anak artis lain.

"Dulu sering dikatain aura maghrib, rambut nggak pernah disisir," ungkap Astrid, menggambarkan betapa sakitnya sebagai orang tua melihat anaknya disakiti.

Astrid selalu menekankan kepada Cinta dan adiknya, Nino, untuk menjadi pribadi yang kuat dan berani menghadapi segala tantangan hidup. Astrid mengajarkan mereka untuk bangkit setiap kali terjatuh.

Kini, Cinta tengah menempuh pendidikan di Amerika Serikat. Astrid melihat perubahan signifikan pada putrinya. Cinta menjadi lebih percaya diri, terbuka, dan berani menyuarakan pendapat, termasuk tentang isu perundungan.

"Perubahan Cinta itu paling kelihatan setelah pindah ke Amerika. Lingkungan pertemanannya lebih open minded, pacarnya juga sangat mendukung dia," jelas Astrid.

Cinta kini aktif menekuni hobi berselancar dan tak lagi merasa insecure dengan penampilan fisiknya. Ia bahkan mulai berbicara tentang dampak psikologis dari perundungan, sejalan dengan jurusan psikologi yang ia ambil.

Cinta tidak ingin membalas dendam. Ia hanya ingin menyadarkan banyak orang bahwa ucapan dapat menyakiti.

Scroll to Top