TEHERAN – Pemerintah Iran dengan tegas menolak tuduhan bahwa mereka mendukung serangan yang dilancarkan oleh kelompok Houthi Yaman terhadap bandara internasional utama di Israel. Bantahan ini muncul setelah kelompok milisi Houthi mengklaim bertanggung jawab atas serangan rudal tersebut.
Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan bahwa tindakan kelompok Houthi dalam memberikan dukungan kepada rakyat Palestina adalah keputusan independen yang diambil sebagai wujud solidaritas.
Serangan rudal yang diluncurkan dari Yaman pada hari Minggu lalu mengakibatkan kerusakan signifikan di sekitar Bandara Internasional Ben Gurion, menyebabkan beberapa orang terluka dan sempat mengganggu aktivitas penerbangan.
Kelompok Houthi, yang memiliki kedekatan dengan Iran, mengklaim bahwa mereka telah menembakkan "rudal balistik hipersonik" ke bandara Ben Gurion dan mengancam akan melancarkan serangan serupa di masa mendatang.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji akan memberikan respons yang tegas terhadap kelompok Houthi dan Iran atas serangan tersebut. Netanyahu mengisyaratkan bahwa Israel telah mengambil tindakan terhadap kelompok Houthi di masa lalu dan akan terus melakukannya di masa depan.
Menanggapi ancaman tersebut, Iran memperingatkan akan membalas setiap serangan yang ditujukan ke wilayahnya. Iran menegaskan tekadnya untuk membela diri dan memperingatkan Israel serta Amerika Serikat tentang potensi konsekuensi dari tindakan mereka.
Kelompok Houthi merupakan bagian dari "poros perlawanan" Iran terhadap Israel dan Amerika Serikat, yang memposisikan diri sebagai pembela warga Palestina di Jalur Gaza.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, memperingatkan bahwa Iran akan menargetkan pangkalan-pangkalan Amerika di Timur Tengah sebagai balasan atas setiap tindakan militer AS.
Pada hari Minggu, Iran juga memamerkan rudal balistik terbaru mereka yang diberi nama "Qassem Basir," yang memiliki jangkauan hingga 1.200 kilometer.
Iran dan AS telah terlibat dalam perundingan nuklir sejak bulan April. Namun, putaran negosiasi keempat ditunda karena "alasan logistik."
Presiden AS Donald Trump telah mengirim surat kepada Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, pada bulan Maret, mendesak perundingan sambil memperingatkan kemungkinan tindakan militer jika diplomasi gagal.
Sejak kembali menjabat, Trump telah memberlakukan kembali kebijakan "tekanan maksimum" terhadap Iran, yang mencakup penerapan kembali sanksi besar-besaran setelah meninggalkan kesepakatan nuklir 2015.
Negara-negara Barat, termasuk AS, telah lama menuduh Iran berupaya mengembangkan senjata nuklir, tuduhan yang dibantah oleh Teheran.