Usulan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menjadikan vasektomi sebagai syarat penerimaan bantuan sosial (bansos) dan beasiswa menuai polemik. Vasektomi, prosedur kontrasepsi permanen pada pria dengan memotong atau menyumbat saluran sperma, dimaksudkan untuk menekan angka kehamilan yang tidak direncanakan, terutama pada keluarga kurang mampu yang seringkali harus menjalani operasi caesar dengan biaya besar.
Dedi Mulyadi berpendapat, beban reproduksi seharusnya tidak hanya ditanggung oleh perempuan, melainkan juga oleh laki-laki. Pernyataan ini langsung memicu reaksi beragam dari masyarakat.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) turut angkat bicara. MUI mengharamkan vasektomi jika tujuannya adalah pemandulan. Ketua MUI Bidang Fatwa, Asrorun Ni’am Sholeh, merujuk pada Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia IV tahun 2012 yang menyatakan vasektomi haram kecuali ada alasan syar’i seperti sakit.
Lantas, siapa sebenarnya Dedi Mulyadi dan apa agamanya?
Dedi Mulyadi lahir di Subang pada 11 April 1971. Ia adalah seorang politisi yang memulai karirnya dari anggota DPRD Purwakarta, kemudian menjadi Bupati Purwakarta, hingga akhirnya menjadi Gubernur Jawa Barat.
Dedi Mulyadi diketahui menganut agama Islam. Bahkan, ia pernah aktif dan menjabat sebagai ketua di organisasi Islam saat masih menjadi mahasiswa.