Jakarta – Menteri Keamanan Israel, Bezalel Smotrich, seorang tokoh sayap kanan terkemuka, melontarkan pernyataan kontroversial terkait nasib Gaza. Ia berjanji bahwa Gaza akan dihancurkan total dan dikosongkan dari jutaan penduduk Palestina yang saat ini masih tinggal di sana.
Pernyataan keras ini muncul sehari setelah kabinet Israel menyetujui rencana untuk merebut dan menduduki Jalur Gaza tanpa batas waktu.
Berbicara di sebuah konferensi permukiman ilegal di Tepi Barat, Smotrich menyatakan bahwa Israel akan segera mendeklarasikan kemenangan di Gaza, wilayah yang telah diblokade selama dua bulan, menghalangi masuknya bantuan dari luar negeri.
"Gaza akan hancur total," tegas Smotrich. Ia menambahkan bahwa dalam enam bulan ke depan, Hamas tidak akan lagi berfungsi sebagai entitas yang beroperasi.
Lebih lanjut, Smotrich mengungkapkan rencana untuk memindahkan penduduk Gaza ke zona kemanusiaan kecil di selatan, sebelum akhirnya memaksa mereka untuk mencari kehidupan baru di negara ketiga. Ia meyakini bahwa warga Gaza akan merasa putus asa dan tanpa harapan, sehingga akan mencari relokasi.
Smotrich, yang memiliki pengaruh signifikan dalam pemerintahan koalisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dikenal karena menentang upaya mengakhiri perang di Gaza dan mendukung pembangunan permukiman ilegal di Tepi Barat. Ia bahkan berharap wilayah tersebut akan secara resmi dianeksasi selama masa jabatan pemerintah saat ini.
Sebelumnya, Smotrich juga menentang penarikan Israel dari Gaza, bahkan jika ada kesepakatan pembebasan sandera.
Pada hari Senin lalu, kabinet Netanyahu menyetujui rencana untuk merebut Jalur Gaza dan menempatkan pasukan di sana tanpa batas waktu. Netanyahu juga menyampaikan bahwa serangan baru di Gaza akan menjadi operasi militer yang intensif, dengan tujuan untuk memindahkan penduduk demi perlindungan mereka. Ia menegaskan bahwa tentara Israel tidak akan hanya masuk, menyerang, dan kemudian mundur, tetapi memiliki tujuan yang berbeda.
Seorang pejabat pertahanan Israel mengatakan bahwa operasi tersebut tidak akan diluncurkan sampai setelah kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Timur Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa rencana tersebut bisa menjadi upaya Israel untuk menekan Hamas agar memberikan konsesi dalam negosiasi gencatan senjata.
Kepala Angkatan Darat Eyal Zamir mengatakan bahwa militer Israel meningkatkan tekanan untuk mengamankan pengembalian sandera yang ditawan di Gaza, sementara Netanyahu berjanji untuk melanjutkan perang.
Zamir menambahkan bahwa puluhan ribu personel cadangan telah dipanggil untuk mengintensifkan dan memperluas tindakan di Gaza, dengan tujuan mengembalikan warga Israel dan mengalahkan Hamas.