Stroke adalah kondisi darurat medis yang memerlukan penanganan segera. Keterlambatan penanganan dapat berakibat fatal atau menyebabkan kecacatan permanen. Di Indonesia, stroke merupakan salah satu penyebab utama kecacatan dan kematian, serta memakan biaya perawatan yang sangat besar. Secara umum, stroke terbagi menjadi dua jenis utama: stroke iskemik dan stroke hemoragik. Memahami perbedaan keduanya sangat penting untuk penanganan yang tepat.
Penyebab Utama Stroke
Stroke iskemik disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah di otak, umumnya oleh gumpalan darah atau plak lemak. Penyumbatan ini menghalangi aliran darah dan oksigen ke jaringan otak. Gumpalan darah dapat terbentuk di otak itu sendiri (trombosis) atau berasal dari bagian tubuh lain, seperti jantung, dan berpindah ke otak (emboli).
Sebaliknya, stroke hemoragik terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di otak, menyebabkan perdarahan di dalam atau sekitar otak. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah meliputi tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, aneurisma (pembengkakan dinding pembuluh darah), atau kelainan pembuluh darah bawaan.
Perbedaan Gejala Stroke Iskemik dan Hemoragik
Meskipun memiliki gejala serupa seperti kelemahan pada wajah, lengan, atau kaki, serta kesulitan berbicara dan gangguan penglihatan, stroke iskemik dan hemoragik memiliki ciri khas yang berbeda.
Gejala stroke iskemik cenderung muncul secara bertahap, terkadang disertai kebingungan, pusing, atau hilangnya koordinasi. Pasien biasanya tetap sadar. Sebaliknya, stroke hemoragik sering ditandai dengan sakit kepala hebat yang datang tiba-tiba, disertai mual, muntah menyemprot, penurunan kesadaran, bahkan kejang. Stroke hemoragik lebih mungkin terjadi saat seseorang sedang beraktivitas berat atau mengalami stres emosional tinggi.
Penanganan yang Tepat untuk Setiap Jenis Stroke
Penanganan stroke iskemik fokus pada mengembalikan aliran darah ke otak secepat mungkin. Pemberian obat trombolitik (tPA) dalam waktu 3-4,5 jam setelah gejala muncul sangat penting untuk melarutkan gumpalan darah. Jika tPA tidak memungkinkan, antikoagulan seperti aspirin dapat diberikan untuk mencegah pembentukan gumpalan baru. Dalam beberapa kasus, prosedur mekanis seperti trombektomi dapat dilakukan untuk mengangkat gumpalan darah secara langsung.
Sementara itu, penanganan stroke hemoragik bertujuan untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi tekanan di dalam otak. Langkah awal meliputi stabilisasi kondisi pasien dan pengendalian tekanan darah. Jika pasien mengonsumsi obat pengencer darah, tindakan untuk membalikkan efek obat tersebut mungkin diperlukan. Pembedahan mungkin diperlukan untuk mengangkat darah yang terkumpul atau memperbaiki pembuluh darah yang rusak.
Penting untuk diingat bahwa penanganan yang cepat dan tepat pada kedua jenis stroke sangat krusial untuk meminimalkan kerusakan otak dan meningkatkan peluang pemulihan. Kenali gejala stroke dan segera cari pertolongan medis jika Anda atau orang di sekitar Anda mengalaminya.