Pernahkah Anda merasa waktu seolah melambat saat sedang berolahraga? Sebuah studi terbaru di tahun 2024 mencoba menguak misteri di balik fenomena ini, dan hasilnya cukup menarik. Ternyata, persepsi waktu memang bisa terdistorsi ketika kita aktif secara fisik, terutama saat berkompetisi.
Penelitian ini melibatkan 33 orang dewasa yang rutin berolahraga. Mereka diminta untuk bersepeda sejauh 4 kilometer dalam simulasi virtual. Ada tiga skenario yang diuji: bersepeda sendirian, bersepeda dengan teman virtual, dan bersepeda melawan pesaing virtual.
Selama sesi bersepeda, peserta diminta untuk menilai tingkat kesulitan olahraga mereka dan memperkirakan kapan waktu 30 detik berlalu. Hasilnya menunjukkan sesuatu yang unik.
"Saat berolahraga, peserta menghentikan waktu di detik ke-28. Namun, sebelum dan sesudah berolahraga, mereka baru menghentikan waktu di detik ke-31,4 dan 31,6," ungkap peneliti. Kesimpulan yang didapat adalah, waktu terasa berjalan lebih lambat selama berolahraga dibandingkan saat sedang beristirahat.
Menariknya, kehadiran pesaing virtual ternyata tidak memengaruhi persepsi waktu secara signifikan. Namun, kehadiran mereka mendorong peserta untuk bersepeda lebih cepat. Saat berlomba, peserta menyelesaikan uji coba rata-rata dalam 459 detik, lebih cepat dibandingkan saat bersepeda dengan teman virtual (467 detik) atau sendirian (470 detik).
Hal ini memunculkan dugaan bahwa aktivitas olahraga itu sendiri, bukan hanya intensitasnya, yang menjadi penyebab distorsi persepsi waktu. Meskipun hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menghubungkan intensitas olahraga dengan distorsi waktu.
Lantas, mengapa waktu terasa lambat saat berolahraga?
Salah satu penjelasannya adalah fokus perhatian. Saat berolahraga dengan intensitas tinggi, kita cenderung memasuki kondisi mental yang lebih waspada dan sadar akan ketidaknyamanan fisik. Peningkatan kesadaran ini memperbanyak sensasi yang kita rasakan dalam waktu singkat, sehingga membuat waktu terasa lebih lama.
Namun, mekanisme distorsi waktu yang didasarkan pada perhatian ini masih menjadi perdebatan.
Pendapat lain menyatakan bahwa motivasi adalah kunci. Persepsi waktu bisa terasa cepat atau lambat, tergantung jenis motivasi yang kita rasakan saat beraktivitas.
Jika kita termotivasi untuk mencapai sesuatu yang positif (approach motivation), waktu cenderung terasa lebih cepat. Sebaliknya, jika kita termotivasi untuk menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan (avoidance motivation), waktu terasa lebih lambat.
Dalam konteks olahraga, kecepatan tinggi dan rasa lelah mungkin memicu motivasi penghindaran, sehingga waktu terasa melambat. Jadi, penting untuk menemukan tempo olahraga yang bisa dipertahankan agar tidak memicu rasa tertekan atau tidak nyaman. Dengan begitu, kita bisa menikmati olahraga tanpa merasa waktu berjalan terlalu lambat.