Siapa sangka, sebuah kaleng salmon yang diproduksi puluhan tahun lalu justru menyimpan informasi berharga tentang ekosistem laut? Kaleng-kaleng yang seharusnya berakhir di tempat sampah, kini menjadi ‘mesin waktu’ yang merekam jejak parasit laut dan perubahan lingkungan sejak era 1970-an. Studi terbaru mengungkap, kaleng salmon yang terlupakan ini menjadi arsip ekologi yang menyimpan data penting tentang kesehatan laut di Alaska.
Cerita bermula ketika sebuah asosiasi industri makanan laut di Seattle hendak membersihkan gudang mereka yang berisi ratusan kaleng salmon produksi tahun 1970-an hingga 2020-an. Alih-alih dibuang, kaleng-kaleng tersebut disumbangkan kepada para peneliti. Residu biologis, termasuk parasit yang mungkin terawetkan dalam proses pengalengan, dapat memberikan gambaran historis tentang dinamika ekosistem.
Karena proses pengalengan mematikan namun mengawetkan parasit, kaleng-kaleng ini berfungsi layaknya spesimen museum—namun dalam bentuk makanan. Para peneliti membuka kaleng-kaleng tersebut dan menemukan cacing parasit yang membeku dalam proses pengalengan, memberikan gambaran historis tentang dinamika parasit dalam rantai makanan laut.
Total 178 kaleng dari empat jenis salmon diteliti: salmon pink, chum, sockeye, dan coho. Hasilnya, para peneliti menemukan total 372 cacing anisakid yang masih utuh, meskipun ikan sudah dimasak. Sekitar 50% dari semua kaleng yang dibuka mengandung cacing, bahkan ada satu kaleng salmon pink yang berisi 115 cacing.
Cacing Anisakid: Indikator Kesehatan Ekosistem Laut
Keberadaan anisakid menunjukkan rantai makanan laut yang utuh dan berfungsi. Cacing ini dimakan oleh krill, berpindah ke ikan seperti salmon, lalu tumbuh dewasa di usus mamalia laut seperti paus atau anjing laut.
Semakin banyak cacing anisakid dalam salmon, bisa jadi itu pertanda ekosistem laut yang sehat. Studi menunjukkan bahwa jumlah cacing dalam salmon pink dan chum meningkat sejak akhir 1970-an hingga 2020-an. Peningkatan ini berkorelasi dengan pemulihan populasi mamalia laut setelah diberlakukannya undang-undang perlindungan mamalia laut di Amerika Serikat pada tahun 1972.
Cacing ini hanya bisa berkembang biak dalam tubuh mamalia laut. Jadi ketika jumlah mereka meningkat, itu artinya mamalia laut—seperti paus dan anjing laut—juga meningkat. Kebijakan konservasi seperti perlindungan mamalia laut dapat memberikan efek positif berantai yang luas dalam ekosistem.
Tantangan Penelitian
Proses penelitian ini tidak mudah. Daging salmon dalam kaleng sudah matang dan padat. Para peneliti harus membuka setiap potongan daging secara manual menggunakan pinset, mencari kantung-kantung kecil tempat cacing mengendap.
Meskipun terdengar menjijikkan, parasit ini tidak membahayakan manusia jika ikannya sudah dimasak. Justru, dari sisi ilmiah, mereka adalah penanda penting kesehatan lingkungan.
Perspektif Baru dalam Konservasi Laut
Studi ini memperkenalkan pendekatan baru dalam ilmu ekologi historis. Menggunakan produk makanan kadaluarsa sebagai arsip ekosistem merupakan langkah kreatif. Di wilayah seperti Asia Tenggara, termasuk Indonesia yang kaya akan produk laut olahan, potensi untuk studi serupa sangatlah besar. Dengan meningkatnya tekanan pada ekosistem laut dari perubahan iklim dan aktivitas manusia, metode inovatif semacam ini bisa menjadi alat penting untuk memahami masa lalu, menginformasikan kebijakan konservasi saat ini, dan mempersiapkan masa depan yang lebih berkelanjutan.