Harga emas global kembali menunjukkan tajinya setelah sempat mengalami koreksi di awal perdagangan hari Senin (14/4/2025). Si Logam Mulia berhasil mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, didorong oleh sejumlah faktor kunci.
Menurut data Refinitiv, pada pukul 16.14 WIB, harga emas berada di level US$3.229,49 per troy ons, melonjak 1,75% dibandingkan penutupan perdagangan Jumat pekan sebelumnya. Bahkan, harga sempat mencapai puncak intraday di US$3.245,42 per troy ons, sebuah pencapaian bersejarah.
Pergerakan harga yang fluktuatif ini dipengaruhi oleh berbagai sentimen. Di awal sesi perdagangan, harga sempat melemah 0,5% menjadi US$3.219,75 per troy ons. Namun, sentimen tersebut berubah setelah Presiden AS memberikan pengecualian tarif untuk produk teknologi seperti ponsel pintar dan komputer.
Keputusan ini sempat memicu peningkatan selera risiko investor, sehingga mengurangi permintaan terhadap aset safe haven seperti emas. Namun, pelemahan nilai tukar dolar AS, yang mencapai titik terendah sejak April 2022 pada hari Jumat sebelumnya, memberikan dukungan signifikan bagi harga emas. Melemahnya dolar membuat emas menjadi lebih menarik bagi investor yang memegang mata uang lain.
Volatilitas pasar juga dipicu oleh ketidakpastian terkait kebijakan tarif dan perang dagang. Drama seputar tarif resiprokal AS terhadap China terus berlanjut, menciptakan ketidakpastian yang mendorong investor untuk mencari perlindungan pada aset-aset aman.
Sejak awal tahun 2025, harga emas telah melonjak sekitar 23%, didorong oleh ketidakpastian geopolitik, peningkatan permintaan dari bank sentral, dan arus masuk dana ke ETF (Exchange Traded Funds) yang didukung emas.
Analis komoditas dari WisdomTree, Nitesh Shah, mencatat bahwa lonjakan harga emas dari US$1.000 ke US$2.000 per troy ons membutuhkan waktu 14 tahun, namun hanya dalam waktu lebih dari setahun, harga emas berhasil melonjak dari US$2.000 menjadi US$3.000. Shah bahkan berani memprediksi bahwa kenaikan hingga US$4.000 per troy ons bukan lagi sekadar mimpi.
Senada dengan itu, Goldman Sachs menaikkan proyeksi harga emas untuk akhir tahun 2025 menjadi US$3.700 per ons, dari proyeksi sebelumnya US$3.300. Peningkatan ini didasarkan pada ekspektasi peningkatan permintaan dari bank sentral dan aliran dana ke ETF emas.
Selain itu, pasar juga memperkirakan adanya potensi pemangkasan suku bunga sekitar 80 basis poin hingga akhir tahun 2025. Lingkungan suku bunga rendah cenderung menguntungkan harga emas.