Rahasia Satelit Tetap Melayang di Angkasa: Mengapa Tidak Jatuh ke Bumi?

Banyak satelit beredar di angkasa, mengitari Bumi tanpa henti. Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa benda-benda angkasa ini tidak jatuh kembali ke planet kita?

Jawabannya terletak pada kecepatan. Satelit harus bergerak dengan kecepatan luar biasa, setidaknya 8 kilometer per detik, agar bisa tetap berada di orbit. Kecepatan tinggi ini menciptakan efek "jatuh abadi" atau "meluncur jatuh selamanya." Satelit terus menerus jatuh menuju Bumi, tetapi karena kecepatannya, ia juga terus bergerak maju, sehingga tidak pernah benar-benar menyentuh permukaan yang melengkung.

Kecepatan ini bukanlah hasil dari bahan bakar yang dibawa satelit. Dorongan awal yang diberikan oleh roket saat peluncuranlah yang memberi satelit momentum yang diperlukan untuk bertahan di orbit dalam jangka waktu lama. Semakin dekat satelit dengan Bumi, semakin tinggi kecepatan yang dibutuhkan untuk mencegahnya keluar dari orbit.

Lantas, untuk apa bahan bakar satelit digunakan? Bahan bakar berfungsi untuk melakukan penyesuaian posisi, manuver, dan menghindari tabrakan dengan sampah antariksa yang bertebaran di orbit.

Dimana Satelit Berada?

Satelit tidak ditempatkan di satu ketinggian yang sama. Ada beberapa jenis orbit yang umum digunakan:

  • Orbit Rendah Bumi (LEO): Ketinggian antara 160 km hingga 2.000 km. Orbit ini menjadi rumah bagi Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), pesawat ulang-alik, dan konstelasi satelit seperti Starlink.
  • Orbit Geostasioner (GEO): Ketinggian sekitar 35.786 km. Satelit di orbit ini, seperti satelit Merah Putih 2 milik Telkom, tampak diam di atas satu titik di Bumi.
  • Orbit Polar: Satelit yang mengorbit di atas kutub utara dan selatan Bumi. Orbit ini ideal untuk satelit cuaca dan satelit pengintai.

Satelit-satelit ini ditempatkan di posisi yang strategis dan mengikuti rotasi Bumi. Hal ini memastikan satelit tetap terhubung dengan antena di permukaan Bumi, memungkinkan komunikasi dan pengiriman data yang berkelanjutan.

Scroll to Top