GAZA – Tragedi kembali menimpa warga Gaza saat pembagian bantuan kemanusiaan di pusat bantuan yang dikelola bersama oleh AS dan Israel. Tiga warga Palestina dilaporkan tewas setelah pasukan Israel menembaki kerumunan yang berebut bantuan di Rafah, Selasa (27/5/2025). Insiden ini juga menyebabkan puluhan lainnya terluka dan beberapa orang hilang.
Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), organisasi di balik inisiatif tersebut, membantah laporan penembakan. Militer Israel mengklaim pasukan mereka hanya melepaskan tembakan peringatan di luar lokasi distribusi untuk memulihkan ketertiban.
Peristiwa ini memicu kecaman keras dari berbagai pihak, termasuk PBB dan organisasi kemanusiaan. Meski demikian, Israel dan AS tetap membela GHF. Berikut rangkuman reaksi dunia atas insiden tersebut:
Perserikatan Bangsa-Bangsa:
Juru bicara Sekjen PBB, Antonio Guterres, menyatakan bahwa gambar dan video dari pusat bantuan GHF sangat memilukan. Ia menekankan pentingnya pendistribusian bantuan kemanusiaan yang aman, independen, dan imparsial, sesuai dengan prinsip-prinsip PBB. PBB memiliki rencana yang lebih terperinci dan operasional, didukung oleh negara-negara anggota. Rencana yang diajukan GHF dinilai tidak sesuai dengan parameter yang ditetapkan PBB.
Palestina:
Kantor Media Pemerintah di Gaza mengecam tindakan militer Israel di Rafah sebagai "pembantaian yang disengaja dan kejahatan perang yang sesungguhnya". Mereka menuduh pasukan Israel menembaki warga sipil yang kelaparan yang sengaja dipancing ke lokasi bantuan. Insiden ini dianggap sebagai bukti kegagalan total Israel dalam mengelola bencana kemanusiaan yang mereka ciptakan sendiri.
Israel:
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui adanya kekacauan di lokasi GHF, tetapi mengklaim bahwa situasi tersebut hanya berlangsung singkat dan berhasil dikendalikan kembali. Ia menyatakan bahwa program bantuan ini direncanakan bersama AS dengan tujuan mendistribusikan makanan kepada keluarga Palestina. Netanyahu juga mengklaim tidak ada bukti kekurangan gizi di Gaza.
Amerika Serikat:
Departemen Luar Negeri AS meremehkan insiden di lokasi GHF dan menepis kritik terhadap program bantuan sebagai "keluhan tentang gaya". Mereka menuding Hamas berusaha menghentikan penyaluran bantuan ke pusat-pusat distribusi. AS mengklaim bantuan dan makanan terus bergerak ke Gaza dalam skala besar, meski lingkungan di sana rumit.
Yayasan Kemanusiaan Gaza:
GHF menyatakan bahwa kebutuhan di lapangan sangat besar. Mereka mengklaim sempat menarik tim mereka karena volume orang yang terlalu banyak di lokasi distribusi, agar warga Gaza dapat mengambil bantuan dengan aman. GHF mengklaim telah mendistribusikan ribuan kotak makanan yang dapat memberi makan ratusan ribu orang selama beberapa hari.
Refugees International:
Wakil presiden Refugees International, Hardin Lang, menilai bahwa inisiatif bantuan yang didukung AS-Israel lebih didorong oleh logika militer daripada kemanusiaan. Menurutnya, operasi yang diperlukan untuk mencegah kelaparan membutuhkan operasi logistik yang sangat besar dan rumit, termasuk akses ke fasilitas medis dan pusat penanganan malnutrisi akut. Rencana ini dinilai lebih bertujuan untuk memindahkan orang ke wilayah yang ditetapkan Israel sebagai "zona aman" daripada memenuhi kebutuhan warga yang putus asa.
Dewan Pengungsi Norwegia:
Juru bicara NRC, Ahmed Bayram, meminta Israel dan AS untuk membatalkan inisiatif mereka dan membiarkan organisasi kemanusiaan melakukan pekerjaan mereka. Ia menyebut insiden ini sebagai "ringkasan dari tragedi yang dialami warga Gaza" dan mengkritik cara pemberian bantuan yang dilakukan oleh "penjajah" yang telah menghancurkan Rafah.