Serangan udara yang dilancarkan militer Israel menghantam Bandara Internasional Sanaa di Yaman pada Rabu pagi, mengakibatkan kerusakan parah. Empat serangan terpisah menargetkan landasan pacu dan sebuah pesawat Yemeni Airlines yang rencananya akan digunakan untuk menerbangkan calon jamaah haji ke Jeddah, Arab Saudi.
Menurut Direktur Bandara, Khaled al-Shaif, serangan tersebut menghancurkan total pesawat terakhir milik Yemeni Airlines yang masih beroperasi di bandara tersebut. Pesawat Airbus A320-233 yang menjadi sasaran baru saja tiba dari Amman, Yordania, beberapa jam sebelumnya. Informasi penerbangan menunjukkan bahwa pesawat itu sedianya akan melanjutkan perjalanan ke Jeddah untuk mengangkut calon jamaah haji.
Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan akibat tindakan kelompok Houthi yang menyerang kapal-kapal yang menuju Israel di Laut Merah. Kelompok Houthi melakukan aksi tersebut sebagai upaya untuk menekan Israel agar menghentikan serangannya di Gaza.
Pemimpin Houthi, Abdel-Malik al-Houthi, mengecam serangan Israel di bandara Sanaa sebagai upaya untuk melemahkan dukungan rakyat Yaman terhadap Palestina. Ia menegaskan komitmen kuat gerakan tersebut untuk terus mendukung Hamas. Al-Houthi menyatakan bahwa Israel berusaha mengisolasi warga Palestina dan mencegah negara-negara Muslim memberikan respon terhadap tindakannya di Gaza. Ia berjanji bahwa gerakan Houthi akan terus berjuang untuk memperkuat posisinya dalam membela rakyat Palestina.
Menanggapi serangan tersebut, kelompok Hizbullah di Lebanon mengecam tindakan Israel sebagai "agresi biadab" dan mendesak tindakan global. Mereka menuduh Israel memperluas serangannya ke seluruh wilayah dan mengkritik sikap diam komunitas internasional. Hizbullah menyampaikan solidaritas penuh kepada rakyat Yaman dan menyerukan negara-negara Arab, Islam, dan negara merdeka lainnya untuk segera mengambil tindakan guna mengakhiri pengepungan di Gaza dan mendukung posisi Yaman dalam membela Palestina.