The Fed Berhati-hati Sikapi Dampak Perang Dagang, Suku Bunga Tertahan

Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), menunjukkan sikap yang sangat hati-hati dalam menghadapi dampak perang dagang yang sedang berlangsung, sebagaimana tercermin dalam risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) terbaru. Risalah ini memberikan gambaran jelas tentang bagaimana The Fed mempertimbangkan berbagai risiko sebelum mengambil keputusan terkait kebijakan moneter.

Risalah rapat FOMC yang diadakan pada 6-7 Mei 2025 mengungkapkan bahwa The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 4,25-4,5%. Keputusan ini diambil setelah The Fed secara agresif menaikkan suku bunga sebesar 525 basis poin (bps) sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Setelah itu, suku bunga ditahan di level 5,25-5,50% selama lebih dari setahun sebelum akhirnya dipangkas sebanyak 100 bps pada September, November, dan Desember 2024.

Pertemuan 8 Mei 2025 menjadi krusial karena merupakan rapat pertama setelah Presiden AS memberlakukan tambahan tarif 10% kepada sejumlah negara. Dalam risalah tersebut, kata "tarif" disebut sebanyak 32 kali, menunjukkan betapa seriusnya The Fed mempertimbangkan dampak kebijakan ini. Para pejabat The Fed khawatir bahwa tarif berpotensi memperburuk inflasi dan menciptakan dilema kebijakan suku bunga yang rumit.

Ringkasan FOMC mencerminkan kekhawatiran mendalam tentang arah kebijakan fiskal dan perdagangan. Akibatnya, The Fed memilih untuk mempertahankan suku bunga, sambil menunggu kejelasan lebih lanjut tentang dampak ekonomi dari perubahan kebijakan pemerintah.

"Para peserta sepakat bahwa ketidakpastian tentang prospek ekonomi telah meningkat lebih jauh, sehingga tepat untuk mengambil pendekatan yang hati-hati sampai dampak ekonomi bersih dari berbagai perubahan kebijakan pemerintah menjadi lebih jelas," demikian bunyi risalah tersebut.

Risalah itu juga menyoroti dilema yang mungkin dihadapi The Fed: "Para peserta mencatat bahwa Komite mungkin akan menghadapi pertukaran kebijakan yang sulit jika inflasi terbukti lebih persisten sementara prospek pertumbuhan dan lapangan kerja melemah."

Meskipun ada kekhawatiran tentang inflasi dan ketidakpastian kebijakan perdagangan, The Fed masih melihat pertumbuhan ekonomi yang "solid", pasar tenaga kerja yang "seimbang" (meski risikonya meningkat), dan konsumsi masyarakat yang kuat. The Fed merasa perlu untuk menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai prospek inflasi dan aktivitas ekonomi, mengingat kondisi ekonomi dan pasar tenaga kerja yang relatif kuat serta kebijakan moneter yang cukup ketat.

Para pejabat The Fed juga menekankan bahwa ketidakpastian terhadap prospek ekonomi saat ini berada pada level yang "sangat tinggi dan tidak biasa". Oleh karena itu, pendekatan yang berhati-hati dianggap penting sampai dampak perubahan kebijakan pemerintah menjadi lebih jelas.

Kebijakan tarif Presiden AS, yang berlaku untuk hampir semua mitra dagang utama AS, diperkirakan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi sekaligus mendorong inflasi. Situasi ini menempatkan The Fed dalam posisi yang sulit, karena harus memilih antara mengendalikan inflasi atau melindungi pasar tenaga kerja.

Sebagai informasi tambahan, ekonomi AS mengalami kontraksi sebesar 0,3% pada kuartal I-2025, penurunan pertama sejak kuartal I tahun 2022. Kondisi ini semakin memperumit situasi, ditambah tekanan di pasar obligasi pemerintah AS.

Berikut adalah poin-poin penting dari risalah FOMC:

  • Sikap Kebijakan Moneter: The Fed menunggu kejelasan lebih lanjut sebelum mengambil langkah kebijakan selanjutnya, mengingat ketidakpastian yang meningkat dalam prospek ekonomi.
  • Risiko Inflasi dan Pengangguran: Risiko inflasi yang lebih tinggi dan pengangguran yang meningkat telah bertambah. Jika inflasi tetap tinggi sementara pertumbuhan dan lapangan kerja melemah, The Fed akan menghadapi pertukaran kebijakan yang sulit.
  • Prospek Ekonomi: Ketidakpastian terhadap prospek ekonomi dinilai "sangat tinggi secara tidak biasa". Kebijakan tarif disebut sebagai hambatan yang lebih besar terhadap aktivitas ekonomi dibandingkan perkiraan sebelumnya.
  • Pengamatan Pasar: Perubahan dalam korelasi harga aset yang biasa terjadi pada awal April, serta potensi pergeseran persepsi pasar dapat berdampak jangka panjang terhadap perekonomian.
  • Koordinasi Internasional: The Fed memperbarui jalur pertukaran mata uang asing dan dolar AS (swap lines) untuk memastikan dukungan likuiditas global tetap terjaga.
Scroll to Top