Investor ternama asal Amerika Serikat, Ray Dalio, baru-baru ini menyuarakan pentingnya meritokrasi di tengah isu pengunduran dirinya dari Dewan Penasihat Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). Isu ini muncul hanya berselang dua bulan setelah pengumuman resmi bergabungnya Dalio.
Melalui akun Instagram pribadinya, Dalio menulis, "Jangan gunakan pengaruhmu untuk mencarikan pekerjaan bagi seseorang." Unggahan tersebut mengindikasikan penolakan Dalio terhadap praktik nepotisme dan favoritisme dalam proses rekrutmen.
Dalio menekankan bahwa penggunaan pengaruh pribadi untuk membantu seseorang mendapatkan pekerjaan dapat merusak sistem meritokrasi, yang seharusnya mengutamakan kemampuan dan prestasi. Menurutnya, praktik semacam itu merugikan semua pihak. Pelamar kerja akan terlihat tidak kompeten, perusahaan kehilangan otoritas dalam proses rekrutmen, dan individu yang menggunakan kekuasaan akan mengutamakan kedekatan pribadi di atas kualifikasi.
"Ini adalah bentuk korupsi berbahaya dan tidak boleh ditoleransi," tegas Dalio.
Menanggapi kabar pengunduran diri Dalio, CEO Danantara, Rosan Roeslani, membantah informasi tersebut. Ia memastikan bahwa pihaknya masih menjalin komunikasi yang baik dengan Dalio dan timnya.
"Minggu lalu saya bertemu dengan timnya, termasuk anaknya, Mark Dalio. Pembicaraan berjalan lancar. Baru-baru ini kami juga melakukan pertemuan melalui Zoom. Tidak ada itu (Ray Dalio batal jadi Dewan Penasihat)," ujar Rosan.
Rosan menegaskan bahwa Ray Dalio masih menjadi bagian dari tim Danantara dan komunikasi rutin terus dilakukan.
Kabar mundurnya Ray Dalio pertama kali mencuat melalui laporan Bloomberg, yang menyebutkan bahwa Dalio mengundurkan diri karena alasan pribadi yang tidak dijelaskan lebih lanjut.