Ray Dalio Kritik Praktik Nepotisme di Tengah Spekulasi Perannya di Danantara

Investor kawakan asal Amerika Serikat, Ray Dalio, kembali menjadi sorotan publik. Di tengah isu ketidakpastian posisinya di Dewan Penasihat Badan Pengelola Investasi Danantara, Dalio justru menyuarakan pentingnya meritokrasi dalam dunia kerja.

Dua bulan lalu, kehadiran Dalio di Danantara sempat diumumkan secara resmi dan disambut antusias. Namun, unggahan terbarunya di media sosial memicu spekulasi baru mengenai kelanjutan keterlibatannya di lembaga tersebut.

Unggahan Dalio tersebut berisi pesan tegas yang menentang penggunaan koneksi atau pengaruh pribadi untuk mendapatkan pekerjaan. Menurutnya, kompetensi dan kemampuan harus menjadi faktor penentu utama dalam proses perekrutan.

Dalio berpendapat bahwa praktik nepotisme merugikan semua pihak. Pencari kerja yang diuntungkan melalui koneksi dianggap tidak kompeten, pihak perekrut kehilangan kredibilitas, dan pemilik kekuasaan kehilangan integritas karena lebih mengutamakan kedekatan pribadi daripada kemampuan.

"Ini adalah bentuk korupsi yang berbahaya dan tidak boleh ditoleransi," tegasnya.

Sementara itu, CEO Danantara, Rosan Roeslani, membantah kabar bahwa Ray Dalio telah mengundurkan diri dari jajaran Dewan Penasihat. Ia memastikan bahwa komunikasi dengan pihak Dalio masih berjalan dengan baik.

"Minggu lalu saya bertemu dengan timnya, termasuk anaknya, Mark Dalio. Pembicaraan berjalan lancar," ujar Rosan.

Rosan menegaskan bahwa Ray Dalio masih menjadi bagian dari tim Danantara dan komunikasi rutin terus dilakukan.

Kabar mengenai potensi mundurnya Ray Dalio sebelumnya muncul dalam sebuah laporan yang menyebutkan bahwa Dalio memilih untuk mengundurkan diri atas alasan pribadi yang tidak dijelaskan lebih lanjut.

Scroll to Top