Minyak babi, meski umum digunakan dalam masakan tertentu, menyimpan potensi risiko kesehatan jika dikonsumsi secara berkelanjutan. Di luar pertimbangan agama, kandungan lemak jenuh yang tinggi dalam minyak babi dapat memicu serangkaian masalah kesehatan serius.
Penggunaan minyak babi untuk menggoreng atau menumis, yang melibatkan pemanasan tinggi, dapat memicu peningkatan kadar kolesterol dalam tubuh. Lemak, dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, memiliki kandungan kalori yang lebih padat. Akumulasi kalori berlebih dari minyak babi dapat berkontribusi pada surplus kalori, yang pada gilirannya memicu obesitas.
Obesitas bukan hanya masalah berat badan. Kondisi ini meningkatkan risiko berbagai penyakit metabolik seperti diabetes dan hipertensi. Lebih lanjut, penumpukan plak kolesterol akibat konsumsi minyak babi dapat menyebabkan aterosklerosis, penyempitan pembuluh darah yang berbahaya.
Komposisi minyak babi yang didominasi asam lemak jenuh sudah kurang ideal. Proses pemanasan saat menggoreng memperburuk keadaan dengan mengubah struktur lemak menjadi lemak jahat yang merugikan kesehatan.
Sebagai alternatif yang lebih sehat, disarankan untuk beralih ke minyak nabati seperti minyak zaitun atau minyak kanola. Minyak ikan juga merupakan pilihan yang lebih baik. Namun, penting untuk diingat bahwa cara memasak juga berperan penting.
Minyak zaitun, misalnya, sebaiknya tidak digunakan untuk deep frying. Pemanasan tinggi dapat merusak struktur minyak dan menghilangkan manfaat kesehatannya. Minyak zaitun lebih cocok digunakan sebagai dressing salad atau metode memasak lain yang tidak melibatkan pemanasan tinggi. Intinya, perhatikan cara pengolahan makanan dan hindari menggoreng dengan minyak berlebihan (deep fried) untuk menjaga kesehatan.