Tiongkok Bantah Analogikan Ukraina dengan Taiwan Usai Pernyataan Macron

Jakarta – Tiongkok menanggapi pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menghubungkan konflik Ukraina dengan potensi nasib Taiwan. Beijing menegaskan bahwa kedua isu ini memiliki perbedaan mendasar dan tidak dapat diperbandingkan.

"Menyamakan persoalan Taiwan dengan situasi Ukraina tidak dapat diterima," tegas Kedutaan Besar Tiongkok di Singapura melalui unggahan di media sosial.

Pernyataan ini muncul setelah Macron, di hadapan para pejabat pertahanan Asia di Singapura, mengingatkan agar invasi Rusia ke Ukraina tidak dipandang sebagai masalah yang terisolasi.

"Jika kita membiarkan Rusia mencaplok sebagian wilayah Ukraina tanpa konsekuensi, tanpa batasan, tanpa respons dari tatanan global, apa yang akan mencegah kejadian serupa di Taiwan?" tanya Macron dalam forum Dialog Shangri-La, sebuah forum keamanan tahunan penting di Asia.

"Apa yang akan terjadi jika sesuatu terjadi di Filipina?" lanjutnya.

Kedutaan Besar Tiongkok di Singapura menyatakan bahwa "masalah Taiwan adalah urusan internal Tiongkok sepenuhnya. Hanya ada satu Tiongkok di dunia, dan Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah Tiongkok."

Meskipun Taiwan menganggap dirinya sebagai negara berdaulat, Tiongkok tidak menutup kemungkinan penggunaan kekuatan untuk menempatkannya di bawah kendalinya.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Pete Hegseth, dalam forum yang sama, menyampaikan peringatan bahwa Tiongkok "secara meyakinkan mempersiapkan" penggunaan kekuatan militer untuk mengubah keseimbangan kekuatan di Asia.

"Ancaman yang ditimbulkan Tiongkok itu nyata dan berpotensi terjadi dalam waktu dekat," ujar Hegseth.

Beijing "secara meyakinkan bersiap untuk kemungkinan penggunaan kekuatan militer guna mengubah keseimbangan kekuatan di Indo-Pasifik," tambahnya.

Hegseth juga mewanti-wanti bahwa militer Tiongkok sedang membangun kemampuan untuk menyerang Taiwan, dan "berlatih untuk menghadapi situasi yang sesungguhnya."

Scroll to Top