Meskipun harga pasar global berfluktuasi dan arah ekspor berubah, industri kelapa sawit Indonesia justru mencatatkan kinerja memukau pada Maret 2025. Produksi minyak sawit mentah (CPO) melesat 15,9% dibandingkan bulan sebelumnya, mencapai 4,39 juta ton. Produksi minyak inti sawit (PKO) juga mengalami peningkatan signifikan, mencapai 417 ribu ton. Secara keseluruhan, produksi gabungan CPO dan PKO menembus angka 4,81 juta ton, menunjukkan pertumbuhan bulanan yang sangat menjanjikan.
Peningkatan produksi ini didorong oleh kondisi cuaca yang lebih baik dan masa panen yang optimal di berbagai wilayah produksi.
Konsumsi dalam negeri juga mengalami peningkatan, terutama didorong oleh sektor biodiesel dan kebutuhan pangan. Dari total konsumsi domestik sebesar 2,15 juta ton, sekitar 1,07 juta ton dialokasikan untuk biodiesel, meningkat dibandingkan dengan 1 juta ton pada bulan Februari. Konsumsi untuk kebutuhan pangan juga naik signifikan menjadi 889 ribu ton. Permintaan yang stabil untuk biodiesel mencerminkan komitmen pemerintah dan industri terhadap pengembangan energi terbarukan melalui program B35.
Di samping pasar domestik yang kuat, kinerja ekspor produk sawit juga menunjukkan tren positif. Volume ekspor secara keseluruhan pada Maret 2025 mencapai 2,88 juta ton, meningkat dari 2,8 juta ton pada bulan sebelumnya. Peningkatan tajam terjadi pada ekspor olahan PKO yang melonjak 49%, serta produk olahan sawit lainnya dan oleokimia.
Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua negara tujuan ekspor memberikan kabar baik. Beberapa negara tujuan utama seperti China, India, Pakistan, dan Bangladesh justru mengalami penurunan permintaan. Contohnya, ekspor ke India turun hampir 30%, dari 387 ribu ton menjadi hanya 271 ribu ton. Penurunan ini diperkirakan dipengaruhi oleh tingginya stok domestik dan penyesuaian kebijakan tarif di negara-negara tersebut.
Sebaliknya, negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika Serikat justru menunjukkan lonjakan permintaan. Ekspor ke Uni Eropa meningkat dari 298 ribu ton menjadi 343 ribu ton, dan ke AS melonjak dari 153 ribu ton menjadi 249 ribu ton. Kenaikan ini merupakan fenomena yang cukup jarang terjadi dalam tren perdagangan sawit selama beberapa tahun terakhir.